Ia
adalah anak yang terlahir dari rahim seorang Ibu yang bernama Beta Valerenty,
yang diberi nama oleh beliau Twista Gilang Ramadhan dan yang memiliki arti
sebagai berikut, Twista adalah gabungan dari nama bapak Twisyono dan ibu Beta
dan Gilang adalah gemilang sedangkan Ramadhan merupakan bulan suci yang setiap
tahunnya sangat ditunggu-tunggu oleh setiap umat muslim. Jadi Twista, anak dari
ibu Beta dan bapak Twisyono yang lahir di bulan suci Ramadhan diharapkan dapat
menjadi anak yang gemilang. Ia adalah anak pertama yang memiliki seorang adik
perempuan yang manis yang bernama Agisva Auliana Kalissa, adik nya inilah yang
selalu menjadi teman hidup dari kecil hingga sekarang, karena Ia dan adik nya
memiliki banyak kegemaran, susah senang pun telah mereka lalui bersama mulai
dari pengalaman bermusik, dan lain sebagainya. Ia sangat bersyukur sekali
karena pasangan ibu Beta dan bapak Twisyono membawa Ia ke kota Gudeg tercinta
ini semenjak Ia masih berumur 3 tahun dari Ibu Kota yang sangat padat itu, Ia
dititipkan oleh uwak nya yang bernama Untoro yang biasa Ia sebut dengan sebutan
wak Un, karena saking sibuknya bapak Twisyono dan ibu Beta Valerenty mencari
nafkah sehingga tidak bisa setiap saat menemani nya bermain dan belajar. Namun
hal tersebut justru malah membuat nya bersyukur karena rasa cinta bapak
Twisyono dan ibu Beta ini sungguh luar biasa kepada nya dan adik nya, semenjak
kecil Ia memang gemar sekali mendengarkan musik, dan musik yang pertama kali Ia
suka adalah musik dari band Westlife dan Sheila on 7. Ia sangat terinspirasi sekali
dengan mereka sehingga Ia rela bolos les waktu Ia masih duduk di bangku kelas 4
SD hanya untuk ngeband, Ia sering sekali ditegur oleh uwak nya ketika sering
memilih untuk bermain musik ketimbang les. Namun dengan seiring berjalannya
waktu Ia sering menorehkan prestasi di bidang yang Ia sukai yaitu musik, baik
itu tingkat pelajar maupun umum di kota Gudeg tercinta ini, dan yang membuat
akhirnya sang uwak membuka fikiran, mata dan telinga untuk nya dan mengizinkan
Ia menggapai semua impian dalam bidang yang sangat Ia sukai.
Singkat
cerita Ia berhasil menyelesaikan pendidikan di bangku Sekolah Dasar dan
duduklah Ia di bangku Sekolah Menengah Pertama, hal yang Ia sukai waktu duduk
di bangku SMP adalah Ia semakin memiliki banyak teman yang memang memiliki
kegemaran yang sama kepada nya, hingga pada suatu ketika Ia membentuk sebuah
band bersama teman-temannya di bangku SMP dan hal yang masih melekat
dibenakknya hingga saat ini adalah ketika pertama kali band mereka diundang di
pasar malam Sekaten Jogja yang saat itu mereka dibayar Rp.10.000,00 saja yang
saat itu Ia dan teman temannya pun sangat bahagia sekali karena pertama kalinya
mendapatkan uang dengan hasil kerja keras sendiri. Tentu saja Ia pulang dengan
perasaan yang bahagia pada saat itu, dan Ia pun dapat tidur dengan nyenyak.
Oiya, semenjak SMP Ia sering sekali menjajal studio-studio yang ada di kota
Jogja ini dan tak pernah malu untuk berkenalan dengan orang-orang yang sering
nongkrong-nongkrong yang hanya sekedar ngobrol atau jamming saja, pada suatu
ketika Ia mendapatkan kesempatan yang berharga ketika Ia menerima ajakan
jamming di salah satu café di Jogja yang isinya kebetulan musisi-musisi top
Jogja oleh salah satu perkumpulan anak-anak muda yang sering
nongkrong-nongkrong di studio Charlie Jogja. Seiring berjalannya waktu Ia pun
belajar dengan banyak musisi mulai dari yang muda hingga yang tua yang pada
akhirnya membentuk Ia menjadi seorang gitaris yang bisa memiliki keberanian
untuk berkeskspresi lebih liar lagi tanpa memikirkan bahwa seorang musisi ujung
ujungnya yang hanya ingin terkenal.
Ia
sadar, Ia hanyalah seorang Twista Gilang yang bukan siapa-siapa di dunia
permusikan Jogja ini. Ia selalu berkaca bahwa Ia ini adalah seorang anak yang
terlahir penuh keberuntungan karena dilain Ia bukan siapa-siapa dalam dunia
permusikkan di Jogja namun Ia bisa kenal
dengan banyak musisi Jogja baik yang masih muda maupun yang sudah tua.
Ya, waktu terus berjalan hingga Ia memasuki bangku SMA yang Ia tak pernah
sangka, Ia berteman oleh seorang Cakka Nuraga, sosoknya sangat menginspirasi
ketika Ia duduk di bangku SMA. Cakka adalah seorang musisi jebolan Idola Cilik
dan Cakka memiliki sebuah band yang bernama The Finest Tree yang dimana band
The Fnest Tree karya-karya nya sangat keren dan dekat sekali dengan kisah cinta
anak muda. Cakka lah salah satu pemicu diri nya untuk berjuang lebih keras lagi
di dunia permusikkan. Ia sempat menggila pada saat SMA, Ia sering membolos demi
mengikuti kompetisi musik di Jogja, namun Ia sadar bahwa cara nya ini salah
tetapi Ia memiliki tekad yang kuat pada saat itu terhadap musik yang pada
akhirnya membuat nya tambah maju walaupun sempat dunia sekolah nya tertinggal.
Pernah Ia mengikuti kompetisi yang menurut nya kompetisi yang sangat keren
sekali dan luar biasa karena kompetisi ini tingkatnya adalah ASIA. Yaitu Asian
Beat, dan disitulah Ia berjuang untuk mengeluarkan semua yang telah Ia miliki
mulai dari skill, kreatifitas, attitude dalam bermusik hingga Ia berhasil menciptakan
sebuah karya musik yang Ia mix dari musik barat yaitu Jazz, Pop dan etnik. Ia
juga sedikit menyelipkan sinden yang akhirnya membuat Ia dan bersama teman
teman band nya masuk ke dalam 10 besar dan Ia pun sangat bahagia sekali karena
setelah Ia berhasil masuk ke dalam 10 besar Asian Beat pada tahun 2014 Ia bisa
memperkenalkan musik asli Indonesia khususnya Jawa kepada Asia dan Ia juga
berhasil membuktikan bahwa musik asli Indonesia pun bisa dikemas dengan menarik
nan apik yang tak kalah asiknya dengan musik barat.
Perjalanan
nya pun tidak hanya sampai disitu saja ternyata, Ia pun mulai mengisi di café-café
Jogja yang Alhamdulillah Ia bisa membeli peralatan musik dari hasil kerja keras
nya sendiri. Waktu pun berjalan begitu cepat hingga Ia masuk pada bangku
perkuliahan, disana Ia sangat senang sekali karena gejolak bermusik nya tak
melemah namun malah sebaliknya, dan Ia pun memiliki banyak teman yang gemar
bermusik entah di jurusan nya sendiri, fakultas sebelah hingga di unit kegiatan
mahasiswa Sicma UNY. Ia sangat bersyukur bertemu dengan Reza, Aulia, Ara,
Waffa, Windu, Daniel, Robby dan lain-lain di UNY. Ia banyak belajar tentang
musik dan hal lain dengan mereka, jam terbang nya pun bertambah karena mereka,
kalau boleh dibilang mereka adalah sesosok guru di UNY. Acara acara internal
kampus pun jarang sekali ditolak nya, maen di café kecil jarang sekali ditolak
nya, hingga event tahunan yang diadakan oleh setiap jurusan yang selalu
mengundang Ia dan teman-teman nya juga jarang sekali Ia tolak. Ia sangat
bersyukur jiwa bermusik nya tak pernah melemah ketika Ia berada di lingkup
perkuliahan. Hingga suatu ketika pengalaman yang sangat luar biasa adalah
ketika Ia diberi kesempatan untuk berkolaborasi dengan seorang Garin Nugroho
bersama Aulia, Reza dan Windu di UNY.
Hal
itu yang tidak pernah Ia sangka sangka sebelumnya, Ia sangat berterimakasih
kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah member nya kesempatan yang sangat luar
biasa. Ia berharap dapa banyak pengalaman lagi setelah berkolaborasi dengan
seorang Garin Nugroho. Begitulah cerita mengenai Ia yang bukan siapa-siapa di
dunia permusikkan Jogja. Ia tak akan pernah berhenti untuk berjuang di dunia
yang memang Ia sangat cintai semenjak kecil, Ia akan terus belajar dengan semua
orang di dunia ini dan Ia akan terus meningkatkan kemampuan nya di bidang yang
Ia sangat cintai ini hingga tua nanti. Dan cita-cita yang belum tersampaikan
adalah membuat karya bersama idola nya yaitu Eross Candra, doakan saja Ia dapat
mewujudkan nya di masa muda nya ini. Ia akan terus berjuang untuk hidup dengan
kegemaran yang sudah sangat Ia cintai ini. Dan diakhir cerita ini, pesan yang
dapat dipetik adalah tetaplah konsisten terhadap sesuatu yang kalian sukai dan
cintai. Berjuanglah hingga maut menghentikan mu untuk berjuang, Twista Gilang
bukan siapa siapa.
Twista
Gilang
16419144014
0 comments:
Post a Comment