Menumpas Pembajakan Ala Si Juki

Sumber: Facebook Si Juki

Pembajakan tidak akan pernah bisa terbendung. Tumpas satu, ratusan berikutnya akan muncul. Hal ini diamini oleh Bagus, managing director Pionicon World dalam diskusi berjudul “Komik dan Literasi Grafis Masa Kini” di Gedongkuning, Minggu (10/03/2018).

Tidak ada penulis yang mau karyanya dibajak, tak terkecuali komikus. Layaknya memahat patung, membuat komik membutuhkan ketelitian dan waktu yang tidak sebentar. Sungguh menyebalkan apabila karya yang telah dibuat dengan segala jerih payah “dicuri” dengan semena-mena.

Pionicon selaku penerbit khusus komik mengaku prihatin dengan pembajakan yang terjadi di Indonesia. “Siapa, sih yang mau karyanya dibajak?”, tegas Bagus. Selama ini, Pionicon aktif memantau karya yang mereka terbitkan lewat media sosial seperti Twitter maupun Instagram. “Kami tentu aware dengan pembajakan. Kami juga melaporkan segala bentuk pembajakan kepada pihak yang berwajib”, ujar Bagus.

Senada dengan Bagus, Bayu, penggerak tim komik “Si Juki” turut mengecam pembajakan. Ia pun mengaku bahwa pembajakan tidak dapat benar-benar hilang.
   
Sayangnya, pembajakan di negeri 250 juta penduduk ini sudah akut. “Lihat saja, kini perusahaan CD sudah banyak yang gulung tikar gara-gara masifnya pembajakan. Selain karena adanya musik online”, tambah Bagus. Analogi yang diutarakan oleh mas Bagus cukup tepat dan berdasar. Tak hanya CD, karya berbentuk buku, komik, bahkan perangkat lunak komputer pun tak luput dari tindakan pembajakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Pembajakan merupakan salah satu tindak pidana yang sudah menjamur. Saking menjamurnya, sampai dibuat peraturan tersendiri, yaitu UU Hak Cipta. Pada UU ini ciptaan merupakan salah satu kekayaan intelektual yang hak penyebarannya berada pada sang produsen. Kekayaan intelektual ini dilindungi oleh negara. Tidak main-main, siapapun yang melanggar UU ini dapat dipidana penjara selama satu tahun dan denda 100 juta rupiah.


Melawan Pembajakan dengan Edukasi

Melihat fenomena pembajakan yang begitu masif, Pionicon mengaku tidak memiliki strategi khusus untuk mengantisipasi hal tersebut. “Yang paling penting itu kita edukasi pembacanya”, ungkap Bagus. Ia juga mengajak para pembaca untuk menghargai karya pencipta dengan membeli barang orisinil.

Tak jauh beda, Bayu juga memerangi pembajakan dengan edukasi. “Pembajakan, kan subur karena ada yang beli. Jadi, salah satu cara yang ampuh, ya kita edukasi pembaca biar nggak beli barang bajakan, supaya penjualnya bangkrut”, ujarnya.

Konsumen merupakan salah satu instrumen penting dalam kegiatan perekonomian. Tanpa ada yang mengonsumsi, ciptaan secantik apapun tak akan ada nilainya. Kegiatan perekonomian juga tak akan berjalan tanpa konsumen. Maka tepat bila Pionicon dan yang lain fokus pada edukasi konsumen.

Masih dalam konteks pembajakan, dilansir Kompas.com, Indonesia berada di peringkat ke-11 negara negara pembajak software di dunia. Belum ada data yang konkret mengenai jumlah pembajakan buku di Indonesia. Namun, kita bisa melihatnya peredarannya di masyarakat. Gengsi untuk memiliki barang dengan merk tertentu membuat masyarakat lebih memilih membeli barang KW. “Mental seperti inilah yang harus dihilangkan dari masyarakat kita”, kata Bagus.

Topik lain yang dibicarakan adalah geliat penerbitan komik tanah air. Bayu selaku penggerak tim buku “Si Juki” prihatin dengan minimnya buku komik ciptaan putra bangsa. Selama ini, para pencipta komik banyak yang kurang berani mengekspos karya mereka, tidak seperti penulis cerpen/novel. Padahal, kata Bayu, menyampaikan gagasan lewat komik jauh lebih dapat diterima masyarakat. Tentu, dengan pembawaan yang menarik pula.

Bagus menambahkan, kebanyakan komikus tanah air kini hanya berfokus mengekspos karya ke media sosial Instagram. “Banyak para komikus yang enggak ngerti karyanya harus diterbitkan ke mana. Jadi, ya industri komik tanah air kurang begitu populer”, sebutnya. Padahal di luar negeri, karakter komik tidak hanya muncul dalam cetakannya.

Bagus memberi contoh di Jepang, karakter komik dijadikan figur layanan masyarakat oleh pemerintah. Nobita dan Shizuka, dua karakter dalam serial komik Doraemon itu dijadikan pembawa pesan tentang berkendara yang baik. “Di bandara-bandara juga, karakter banyak dijadiin poster layanan masyarakat”, tandasnya.

Diskusi ini sendiri terselenggara dalam program bazaar buku diskon “Patjar Merah”. Patjar Merah adalah bazar buku diskon tahunan yang bekerja sama dengan berbagai penerbit di Yogyakarta. Tahun ini, Patjar Merah diadakan pada 02-10 Maret 2019 di Gedongkuning, Yogyakarta. 

Di samping bazaar, berbagai diskusi tentang dunia literasi turut dihadirkan. Salah satunya adalah diskusi yang bertajuk “Komik dan Literasi Grafis Masa Kini” di atas. Selain itu, diadakan pula malam pembacaan puisi yang mengundang berbagai sastrawan puisi ternama untuk menarik pengunjung. 

0 comments:

Post a Comment