Menelusuri Kotagede: Menikmati Jejak Romantisme Mataram Islam yang Memilih Tinggal



Adzan zuhur menyambut kami saat pertama kali kami memasuki daerah Kotagede. Segera, kami menuju Masjid Gede untuk menunaikan ibadah sekaligus bertamasya ke tempat bersejarah itu.


Kotagede adalah sebuah kecamatan yang terletak di Yogyakarta. Dikenal sebagai "Kota Perak", Kotagede adalah sentra kerajinan perak terbesar di Yogyakarta. Tidak hanya itu, Kotagede juga menjadi saksi bisu berdirinya Kearajaan Mataram Islam. Alhasil banyak peninggalan kerajaan tersebut yang masih bisa kita nikmati hingga kini.

Beberapa diantaranya menawarkan nilai historis dan estetis yang potensial sebagai destinasi wisata. Masjid Gede adalah salah satu yang wajib untuk dikunjungi. Dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Senopati, Masjid Gede sudah berusia ratusan tahun sekaligus menjadi masjid tertua di Yogyakarta. Meskipun masjid ini pernah terbakar dan pernah direnovasi besar-besaran.Namun, ciri khas bangunan itu masih bisa kita saksikan hingga kini yaitu arsitektur bangunan inti masjid yang berbentuk limasan. Konon, inti masjid ini adalah bangunan yang asli sebelum akhirnya majisd Gede diperluas dan direnovasi. 


Secara umum, Masjid Gede, Kotagede memiliki banyak kemiripan dengan masjid-masjid agung peninggalan kerajaan islam di Jawa. Seperti adanya bedug besar, mimbar terbuat dari kayu yang dihiasi ukiran-ukiran, dan halaman yang luas. Uniknya, gapura Masjid Gede, Kotagede berbentuk Paduraksa. Gapura ini menjadi bukti akulturasi budaya Islam dan Hindu di Kotagede pada masa itu.

Masjid Gede dikelilingi oleh parit dan pohon-pohon. Oleh karenanya, suasana Masjid Gede cukup tenang dan sejuk. Tak Jauh dari Masjid Gede, kami menuju makam raja-raja yang masih satu kompleks dengan masjid tersebut. Sayang sekali, saat kami datangi makam raja-raja sedang tutup. Meski sedikit kecewa kami pun segera melanjutkan perjalanan kami menuju Sendang Seliran yang juga berada di wilayah kompleks yang sama. 



Memasuki area Sendang Seliran, aroma dupa yang kuat menemani perjalanan kami. Sendang seliran adalah sebuah kolam permandian yang tersiri dari dua bagian, yaitu Sendang Kakung dan Sendang Putri. Masing-masing sendang terdapat kolam yang di dalamnya bisa kita lihat ikan-ikan dari yang ukurannya kecil hingga besar sekali. Menariknya, di area ini juga terdapat sebuah makam yong konon empunya adalah seseorang yang amat diagungkan di Kotagede. 

Sendang Seliran menutup kunjungan kami di kompleks masjid-makam-sendang ini. Sebagai warga Yogyakarya, sebenarnya kompleks ini tidak begitu familiar bagi kami. Hanya bermodal browsing, bensin dan uang pas-pasan, akhirnya sampai juga kami ke tempat ini. Padahal jaraknya ya, gak jauh -jauh amat. Oiya, selain nilai sejarahnya, Kotagede juga memeiliki sosio-antropologi yang unik lho.



Kotagede adalah daerah enklave Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyalarya lho. Sehingga pergesekkann budaya Solo dan Yogya bisa kita temui di sini. Bila kalian datang ke tempat ini kalian akan mendapati abdi dalem khas Yogya dan solo sekaligus. Meski begitu, harmonisasi budaya Yogya dan Solo masih terjaga dan terawat baik dan tidak mengalahkan satu sama lain. Hal ini dikarenakan budaya Yogya dan Solo yang berkembang di sini berasal dari asal yang sama: Mataram Islam. Tunggu apalagi, ayo berkunjung ke Kotagede!

0 comments:

Post a Comment