Jangan Harap Menemukan Kisah Menarik dari Ia Yang Biasa-Biasa Saja

Perhatian, tulisan dibawah ini mengandung unsur dramatisasi berlebihan.



30 April 1997, adalah hari bersejarah bagi Marsiti dan Supardji, hari itu adalah hari saat mereka mengikrarkan janji sehidup semati, lewat tali pernikahan. Entahlah, bagaimana pertama kali mereka bertemu, atau bagaimana si pria mengungkapkan rasa pada wanita yang dicintainya itu, sepertinya mereka juga sudah lupa. Pernikahan mereka digelar sederhana, tanpa pesta mewah nan bersahaja, hanya keluarga dan kerabat dekat saja yang mereka undang.

Tepat setahun kemudian, 30 April 1998, putra pertama mereka lahir. Seorang putra mungil yang mereka beri nama Kelik Surano Aji. Nama tengahnya diambil dari bulan kelahirannya, apabila dihitung berdasarkan penanggalan jawa, yakni bulan Suro. Karena memang putra kecil mereka lahir tanggal 3 Suro, atau tanggal 3 Muharram menurut penanggalan islam. Tidak ada cerita menarik dari pemberian nama depan dan nama belakang putra mungil mereka, hanya saja jika dicari di kbbi daring lewat internet, nama aji berarti hal yang sangat berharga sekali, dan dianggap bertuah, sedangkan Kelik, tidak ada makna khusus untuk kata itu, mungkin semacam kata ajaib atau apalah, hanya Supardji dan Tuhan yang tahu. Namun yang pasti, kelahiran putra mungil itu adalah hadiah ulang tahu pernikahan yang indah.

Kelik, begitu putra mungil itu kerap dipanggil, tumbuh sebagai anak yang cukup nakal, dan tak jarang membuat ayah dan ibunya menggeleng-gelengkan kepala karena sifatnya. Ia adalah anak yang aktif, dan sangat suka bermain. Pernah satu kali, ia menangis pukul 2 pagi hanya untuk mengajak ayahnya jalan jalan memakai sepeda berkeliling kampus Institut Seni Indonesia (ISI), kebetulan rumah mereka memang tidak jauh dari kampus seni itu, kira-kira usianya saat itu sekitar 3 atau 4 tahun. Usia yang agaknya cukup normal untuk anak-anak melakukan hal semacam itu.

Kata orang, masa Sekolah Dasar adalah masa saat dirimu menatap masa depan untuk pertama kalinya, tidak tahu sebenarnya siapa orang yang mengatakan itu, tapi penulis yakin orang itu berkata benar. Di masa itulah, Kelik menemukan cita-cita pertamanya, bahwa ia ingin menjadi seorang tentara. Seorang prajurit yang berjuang untuk melindungi orang orang, begitu mungkin pikirnya. Di masa ini juga, Kelik menemukan banyak teman baik, teman sepermainan yang bisa mengimbangi sifat nakal dan aktif miliknya. Teman sepermainan yang nangis hanya karena pensilnya hilang, atau teman sepermainan yang bertengkar hanya karena pesawat kertas. Semua itu pernah ia temui di Sekolah Dasar 3 Jarakan, tempatnya bersekolah dulu.

Oke, kita masuk ke kisah sedihnya, mungkin akan ada sedikit hiperbola, agar tulisan ini terlihat dramatis dan dapat nilai bagus, hehe



Kisah Sekolah Menengah Pertama Kelik, sangat berbeda jauh dengan kisahnya di Sekolah Dasar-yang menurut paragraf di atas sangat bahagia-. Ia kerap mendapat ejekan dari sebagian teman-temannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP), hanya karena matanya yang sipit dan berbeda. Ya, padahal memang sudah semestinya, tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna-terkecuali Raisa, hehe- semua diciptakan sama oleh Tuhan, dengan kelebihan dan kekurangan mereka masing-masing. Namun bagi sebagian teman-temannya di SMP kekurangan yang Kelik miliki merupakan bahan olokan yang wajib, fardhu ‘ain harus ditertawakan.


Kelik bukannya tidak bahagia di SMP, ia memiliki cukup banyak teman pula disana. Beberapa dari satu Sekolah Dasar yang sama, dan beberapa adalah teman-teman yang tidak memandang kekurangannya sebagai ‘kekurangan’. Masa SMP, mungkin cukup sulit bagi Kelik, ia yang dulunya aktif dan riang menjadi pemurung dan pendiam. Sifat barunya itu kemudian berlanjut ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kebetulan setelah lulus SMP, ia melanjutkan sekolahnya ke SMK, karena ia yakin, setelah lulus dari SMK ia bisa langsung kerja dan tidak lagi membebani orangtuanya. Awalnya Kelik merawa bingung dengan jurusan apa yang ingin ia pilih, antara Otomotif, atau kelistrikan. Kemudian, dengan berbekal pengalamannya selama satu tahun sebagai anak warnet, ia memutuskan untuk memilih jurusan Teknik Komputer dan Jaringan, tapi sayangnya tidak diterima, dan ia pun terlempar masuk jurusan Multimedia, yang sebenarnya dirinya sendiri tidak tahu, itu jurusan apa.


Oke lanjut ke kisah yang tadi

Sifat pemurung dan pendiamnya berlanjut saat di SMK, hal inilah yang membuat ia menarik diri dari keramaian kelas. Ia adalah murid yang pasif, biasa-biasa saja, dan tidak terlalu menonjol di bidang akademik, hanya saja ia pintar dalam hal.......................tidak ada sih sebenarnya. Perlahan, Kelik mulai bisa berbaur dengan teman sekelasnya, ia mulai berani untuk berbicara, berkumpul atau sekedar tertawa jika ada temannya yang melemparkan lelucon. Pengalaman dan ilmu berharga banyak ia dapatkan di SMK. Beberapa ilmu dapat ia kuasai dengan baik, salah satu yang ia kuasai dengan baik adalah animasi dan desain grafis. Masa SMK, mungkin masa yang paling indah bagi Kelik, meskipun awalnya tidak berjalan baik, tapi selanjutnya ia bisa memperbaikinya dan membuatnya dapat melukiskan senyum lebar di wajahnya. Sahabat, cinta, dan pengalaman adalah harta karun yang ia temukan di masa SMK.

Sudah yaa.. Bisa berhalaman-halaman kalau dilanjutkan sampai kehidupan Kelik di perkuliahan. Tapi satu hal yang kita bisa pelajari dari kisah Kelik......................... apa ya..... gak ada ya.............

Yaa intinya jangan menyerah aja deh...










0 comments:

Post a Comment