Surga Tersembunyi di Rumah Makan Lie Djiong

Salah Satu Masakan ala Lie Djiong|jajanjogja.com


Sebagai orang yang menumpang hidup di Yogyakarta untuk berkuliah, tentunya akan lebih familiar dengan masakan-masakan khas Kota Pelajar ini. Banyaknya pilihan makanan kudapan seperti Bakpia hingga makanan berat seperti Gudegnya menjadi ujung tombak kuliner lokal. 

Tetapi,sebagai mahasiswa yang sudah tinggal di Yogyakarta selama kurang lebih 3 tahun, kuliner khas lokal tidak selalu menjadi santapan kita. Apalagi mahasiswa dengan kantong mahasiswa yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas yang harus memikirkan pula biaya-biaya lainnya dari biaya kosan hingga kuota. Hal inilah yang menjadi hambatan untuk saya yang memiliki hobi makan.

Yak, hobi saya adalah makan. Saya senang menyantap berbagai kuliner yang enak nan murah tentunya, sehingga saya makan di tempat yang berbeda-beda dengan lauk yang berbeda pula. Hingga pada suatu hari, karena saya ngidam makanan ala chinese food, saya mencari tempat makanan chinese food yang paling enak di Jogja. 

Setelah beberapa saat searching, mbah google memberi ilham tentang rumah makan chinesefood beserta dengan penilaian para pengunjungnya. Tentunya, saya langsung melihat urutan pertama, yaitu Rumah Makan Lie Djiong. Saya langsung merasa teryakini dengan penilaian para pengunjung. "Enak", "Best in jogja", "worth it" mewarnai kolom komentar di Google Maps tentang rumah makan ini.

Setelah menyusuri Jalan Brigjen Katamso, saya pun menemukan rumah makan ini. Suasananya seperti berada di rumah bersama keluarga karena bangunannya yang sederhana serta ruang yang cukup untuk menampung para konsumen diikuti alunan musik para pengamen tetap yang berusia senja dan menyanyikan lagu pada masanya. Tidak lupa pula dengan papan "Free Wifi" yang menjadi fitur wajib di era digital ini. Hehe.

Setelah menyapa ibu kasir, saya pun langsung melihat menu yang diberikan olehnya yang membuat saya menelan ludah.

Harganya sangat tidak bersahabat dengan kaum mahasiswa berkantong mahasiswa,karena harganya sekisar 3 kali makan di burjonan paket sejuta umat (nasi telor es teh). Tetapi apa boleh buat, karena tidak mau menanggung malu, saya harus mengorbankan setidaknya 10% uang jajan mingguan saya karena saya juga mentraktir doi.

Menu yang saya pilih adalah Puyunghai Udang, dan doi memilih Angsiu Sayap Ayam. Tentunya kita juga memesan nasi dan minum yang harganya juga tidak lazim untuk mahasiswa. Semenjak itu, saya mulai kehilangan harapan akan rumah makan tersebut, hingga menu yang dipesan datang.

Aroma saus asam manis dari Puyunghai pun langsung mendatangi hidung saya,ditambah asap dari Angsiu Sayap Ayam yang menggoda mata hingga tangan pun tak tertahankan untuk segera meraih sendok garpu dan menyantap kedua makanan tersebut. Hidung dan mata ternyata tidak berbohong, karena lidah menyambut nikmatnya Puyunghai dan Angsiu ini, doi pun juga kegirangan merasakan bumbu Angsiu yang coklat mengental di lidah. Hingga timbul dibenak saya bahwa ini adalah makanan terenak yang pernahsaya coba sepanjang masa. Sesudah sambel goreng ati ibu saya. Hehe.

Sehabis menyantap kedua makanan itupun, dengan berat hati perut menutup pintunya. Kami pulang dengan riang dan tidur nyenyak.

Rumah Makan Lie Djiong sangat saya sarankan untuk kamu kamu yang ingin menyantap makanan Chinesefood bersama keluarga, karena tempat dan porsi makanan sangat mendukung. Temuan saya akan tempat makan ini menjadi cita-cita saya jika saya ngidam chinesefood lagi. 10% uang jajan mingguan saya tentunya sangat setimpal dengan rasa yang disajikan Lie Djiong. Seakan-akan, saya menemukan Surga Chinesefood di Jalan Brigjen Katamso ini.















0 comments:

Post a Comment