Laju perkembangan zaman mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali dalam bidang menulis. Para penulis yang dahulunya perlu mengirimkan naskahnya ke penerbit atau berusaha keras untuk masuk ke koran hari Minggu agar diakui sebagai seorang penulis, kini tidak lagi perlu bersusah payar seperti dahulu. Para penulis bisa “menerbitkan” karya mereka sendiri di dunia maya. Hal ini tentu membuat setiap karya, konten, dan kreasi para penulis bisa langsung menyentuh para pembaca hingga penggemarnya tanpa diperantarai oleh penerbit.
Patjar Merah telah
menyediakan wadah untuk para penulis dalam berbagi wawasan dan pengalaman
mereka melalui sesi Obrolan Patjar yang diselenggarakan pada tanggal 4 Maret
2019 di jl. Gedongkuning no. 118, Kotagede, Yogyakarta dengan tema “Mereka yang
Dilahirkan oleh Daring”. Obrolan ini diisi oleh para penulis yang sukses di
usia mudanya, yaitu ada Syahid Muhammad, Bernard Batubara, dan Genta Kiswara.
Ketiganya memiliki pembahasan masing-masing yang tentunya akan membantu kita
mengetahui apa saja yang terjadi di dalam dunia kepenulisan, khususnya di era
digital dan internet seperti sekarang ini.
Menulis tidak melulu soal
tulisan, menjadi seorang penulis bisa dipadukan dengan hobi atau minat lainnya,
fotografi misalnya. Memadukan hobi fotografi dan menulis adalah suatu hal yang
tengah digeluti oleh Genta Kiswara. Ia mengatakan semuanya berawal dari
mengagumi seorang penulis, kemudian ia ingin menjadi orang yang ia kagumi itu.
Berbekal hobi fotografinya, ia kini telah berhasil memadukan kedua hal tersebut
dan sukses di usia yang begitu muda. Ia juga tidak lupa melibatkan media sosial
sebagai sarana untuk “menerbitkan” karya atau kontennya di internet sehingga ia
dapat menjangkau langsung para pembaca dan penggemarnya.
Adapun menurut Bernard
Batubara atau yang kerap disapa Bara, menyatakan esensi dari menulis adalah
cerita. Tidak peduli di mana, kapan, dan dalam bentuk apa, tulisan yang
bermakna adalah tulisan yang memiliki story
atau cerita. Berpindah platform bukan
berarti penulis itu ingin ikutan trend,
tapi itu memang tuntutan zaman di mana kebanyakan orang kini lebih banyak
mencari konten di internet. Oleh karenanya para penulis mulai berpindah platform untuk menjemput para
pembacanya. Meskipun bentuknya menjadi berbeda, tetapi esensinya tetaplah
cerita. Karena tanpa cerita, sebuah tulisan bukanlah apa-apa menurut Bara.
Berbeda dengan Syahid
Muhammad atau yang biasa dipanggil Iid, ia lebih memilih untuk mengangkat
isu-isu penting seperti kesehatan mental atau psikologis ke dalam berbagai
tulisannya. Semua itu dengan harapan agar para pembacanya sadar dan mengetahui
apa saja masalah psikologis yang sebenernya setiap orang bisa miliki. Dan juga
memberikan edukasi supaya para pembacanya mampu menangani masalah tersebut baik
untuk dirinya sendiri maupun masalah mental yang dimiliki orang lain. Alasan ia
memilih untuk mengangkat isu tersebut, tidak lain karena dirinya sendiri pernah
dan mungkin masih mengalami masalah-masalah tersebut. Sehingga ia merasa
terpanggil untuk menyuarakan isu-isu tersebut, karena tidak semua orang yang
memiliki masalah sepertinya, mampu untuk menyuarakannya ke khalayak luas.
Secara keseluruhan,
Obrolan Patjar tersebut yang diselenggarakan oleh Patjar Merah bermaksud untuk
memberikan wawasan kepada orang-orang awam dan juga mereka yang antusias
terhadap dunia kepenulisan untuk paham apa saja yang membuat para penulis
tersebut sukses di usia muda mereka. Serta berusaha mengajak mereka yang belum
suka dengan dunia menulis menjadi suka akan hal itu. Dan juga memberikan
motivasi dan dukungan bagi mereka yang sudah menggeluti dunia kepenulisan.
0 comments:
Post a Comment