Patjar Merah,
sebagai event bertajuk pasar buku
murah, menyediakan beragam buku dengan diskon hingga delapan puluh persen.
Berlokasi di Jl. Gedong Kuning No.118 Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta,
Patjar Merah cukup mudah untuk dijangkau. Acara yang diselenggarakan sejak 2
maret hingga 10 maret 2019 ini sukses dengan kehadiran pengunjung yang sangat
ramai setiap harinya.
Selain
menyediakan buku, Patjar Merah juga menyelenggarakan talkshow yang dikemas dalam sesi Obrolan Patjar dan Lokakarya
setiap harinya. Topik yang disajikan selalu menarik untuk dibahas sehingga
berhasil meramaikan suasana Patjar Merah. Ketika talkshow dimulai, para pengunjung senantiasa memenuhi kursi yang
tersedia. Ketika tak ada lagi kursi tersisa, para pengunjung rela berdiri
selama perbincangan berlangsung. Tentunya kegiatan ini semakin menambah kemeriahan
Patjar Merah.
Salah
satu Obrolan Patjar saat itu, tepatnya Kamis, 7 Maret 2019, membahas topik yang
cukup menarik. “Muda Produktif Menulis” dipilih sebagai judul perbincangan kala
itu, pas sekali untuk dibahas mengingat Yogyakarta sebagai kota pelajar. Banyak
muda-mudi yang tinggal dan menetap di kota istimewa ini untuk menuntut ilmu.
Maka dari itu, topik obrolan patjar ini rasanya tepat.
Menggandeng
dua penulis dari Bukune–salah satu penerbit buku populer–sebagai pembicara,
obrolan patjar ini terlihat meriah dan dipenuhi banyak pengunjung. terlihat
deretan kursi yang tersedia penuh hingga tak mampu menampung semua pengunjung
yang ingin menyaksikan talkshow.
Adalah
J.S Khairen dan Haditha yang sukses menarik banyak pengunjung untuk datang. Kehadiran
dua orang penulis ini bertujuan untuk membagikan ilmu dan pengalaman mereka
dalam dunia kepenulisan, khususnya pada buku fiksi seperti novel.
J.S
Khairen memulai perbincangan dengan apik. bagaimana
cara produktif menulis?, merupakan pertanyaan pertama sekaligus pembuka
bagi perbincangan ini. J.S Khairen sendiri adalah seorang penulis buku “Kami(Bukan)
Sarjana Kertas” yang belum lama ini di launching.
Ia menceritakan kisah dibalik pembuatan berbagai bukunya dan membagikan tips
dan trik menulis.
Haditha
juga membagikan pengalamannya dalam dunia tulis-menulis. Baginya, menulis
adalah hal yang ia lakukan tanpa motivasi besar dibaliknya. Menulis adalah
kegiatan yang sejak lama ia suka hingga tak ada motivasi khusus dibaliknya.
Haditha sendiri ialah seorang penulis buku novel misteri, yang salah satu
judulnya “Karung Nyawa”. Menurutnya, menulis cerita itu ditentukan dari kalimat
pertama, “kalo kalimat pertama udah ketemu, sisanya ngikutin,” imbuhnya.
Ide
merupakan langkah awal sebelum mulai menulis. Kemudian saat premis telah
didapat, seorang penulis perlu mencoba daydreaming
agar mendapat dorongan kuat untuk menulis ide premis tersebut. Premis tersebut
juga harus disampaikan dengan baik, sehingga penulis perlu mencari cara untuk
itu.
Ada
beberapa cara untuk meyakinkan premis yang telah ditulis, yaitu antara lain
dengan riset, membaca banyak buku, observasi, merenung, maupun bertemu dengan
banyak orang. Hal itu menurut J.S Khairen cukup efisien bagi penulis.
Bingung
dalam memulai itu pasti terjadi bagi sebagian penulis. Jika itu terjadi, maka
kita dapat memulai menulis dari bagian yang enak dibaca sehingga untuk
meneruskannya akan terasa lebih ringan dan menyenangkan.
Selain
itu para penulis–khususnya yang masih pemula–seringkali mengalami Writer Block. Hal ini dapat membuat kita
berhenti ditengah-tengah dalam menulis. Lalu, ada dua hal pula yang menyebabkan
hal itu terjadi. Kita bingung dengan alur cerita kedepannya atau kita ingin
semua kemungkinan alur yang ada.
Jadi,
mulai saja dulu untuk menulis, karena draft
menulis pertama pasti jelek. Kalau kita tidak mau memulai, bagaimana bisa tulisannya menjadi bagus?
Kedua
penulis ini pun sepakat apabila setiap orang dapat menulis. J.S Khairen dan
Haditha bisa menerbitkan buku-bukunya, lalu mengapa
kalian tidak bisa?
–Destri Ananda
0 comments:
Post a Comment