Narasumber: Yusuf
Arifin (kumparan.com)
Salah
satu bagian terpenting dalam sebuah media ialah konten. Konten bagaikan sebuah
nyawa atau ruh untuk media. Konten media bisa menjadi sebuah ciri atau karakteristik
dari media tersebut. Media menggunakan konten untuk memperkenalkan isi,
gagasan, dan cara pikir yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Dalam
obrolan patjar yang diadakan oleh Patjar Merah pada Minggu (9/3) kemarin,
membahas tentang salah satu topic mengenai perang konten di ranah digital dalam
media online. Bagaimana media online hadir ditengah masyarakat dengan membawa
konten-konten yang tetap relevan dan memiliki banyak pembaca ditengah era
digital?
Yusuf Arifin salah satu narasumber
yang hadir dari kumparan.com mengungkapkan bahwa menurut data Indonesian
Digital Association pengguna online di Indonesia ditahun 2015 naik menjadi
118juta. Dengan data sebesar itu menurut Yusuf Arifin seharusnya konsekuensi
pengakses media online seharusnya ikut naik, namun pada kenyataan nya justru
menurun. Dalam kacamata Yusuf Arifin penurunan pengakses media online di
Indonesia menurun karena mulai muncul nya media sosial yang mulai dikenal dan
digunakan oleh masyarakat.
Kemunculan media sosial membuat
otoritas kewartawanan diambil alih oleh mereka yang menggunakan media sosial
dengan menceritakan apapun disekitar kita tanpa melakui proses kewartawanan.
Hal ini yang membuat orang tidak lagi mengakses berita langsung dari media
online, tetapi yang dilakukan adalah mereka melihat media sosial.
Yusuf Arifin mengungkapkan juga bahwa
ciri dari media sosial ialah, ia bercerita tentang dirinya sendiri, bercerita
tentang teman-teman, bercerita tentang interest,
bercerita tentang keluarga. Maka jika tidak ada hal yang menyangkut persoalan
diatas pembaca tidak mau masuk ke media online. Media online atau media apapun
juga tidak mungkin bersikap seperti media sosial karena media online dan media
lainnya bersifat umum tidak khusus seperti yang ada di media sosial.
Maka disinilah akan terjadi perang
konten yang akan terjadi dalam media online. Saat media sosial sudah banyak
menyajikan banyak informasi maka orang tidak akan lagi mengakses media online. Pembaca
akan mau masuk ke media online hanya jika ada beberapa hal yang dapat
menyangkut tentang dirinya.
Berdasarkan hal ini lah, media online
harus menjadi media yang inklusif, yang bisa memberi ruang kepada siapapun
untuk bisa masuk dengan tetap menjaga arwah atau marwah jurnalistik nya
sekaligus memberikan berita yang bisa
menceritakan interest pembaca
sehingga memberikan banyak ruang untuk masuk.
0 comments:
Post a Comment