Pasar Tradisi Lembah Merapi



Desa wisata Gunung Gono, Desa Banyubiru Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang merupakan salah satu destinasi wisata  yang akhir-akhir ini sedang banyak diperbincangkan oleh masyarakat Magelang dan sekitarnya. Destinasi utama dari desa wisata ini adalah Pasar Tradisi Lembah Merapi. Pasar ini hanya buka pada hari Minggu pukul 06.00 sampai dengan 11.00 WIB, yang berlokasi di puncak Gunung Gono. Uniknya, pasar ini memiliki konsep “tempoe doeloe” dengan model transaksi jual beli yang dilakukan dengan menggunakan “Dono” atau koin yang terbuat dari bambu. Untuk mendapatkan satu buah Dono, anda dapat menukarkannya dengan uang sejumlah dua ribu rupiah.


Berbagai macam makanan dan barang-barang yang diperjualbelikan sangat tradisional. Untuk makanan yang disajikan sangat beragam seperti ledre, jamu, soto batok, bubur, segala macam lauk pauk dan jajanan pasar lainnya. Sedangkan untuk barang-barang yang diperjualbelikan di pasar ini berupa mainan anak-anak jaman dahulu yang terbuat dari bambu, dan asesoris untuk kuda lumping. Permainan anak seperti becak mini, ayunan dan egrang disediakan dilokasi ini untuk memanjakan para pengunjungnya. Serta terdapat pula beberapa spot foto dan tempat untuk beristirahat.


Saat itu saya datang tepat pukul 05.45 WIB. Yaa, saya memang sengaja untuk dating lebih awal karena saya ingin menikmati sunrise dari puncak Gunung Gono. Dan beruntunglah saya mendapatkan beberapa menit sunrise sebelum tertutup mendung. Sembari menikmati sunrise, beberapa pedagang sudah mempersiapkan dagangannya dan beberapa sudah mulai menjajakan dagangannya. Saya pun segera pergi ke loket penukaran uang menjadi dono. Dengan sepuluh ribu rupiah, saya mendapatkan lima buah dono.
Dono pertama, saya gunakan untuk membeli lupis, cenil, dan ketan seharga dua dono atau setara dengan harga empat ribu rupiah. Dono selanjutnya saya belikan untuk membeli jamu dengan seharga dua dono atau setara dengan harga empat ribu rupiah. Dan satu dono terakhir saya gunakan untuk membeli mainan jaman dahulu yang terbuat dari bambu yang setara dengan harga dua ribu rupiah.


Beberapa tempat duduk yang disediakan untuk beristirahat juga dapat digunakan untuk menyantap makanan yang telah dibeli dengan dono. Tetapi, pengelola tetap menghimbau pengunjung untuk mengembalikan alat-alat makan yang sudah selesai digunakan kepada penjualnya. Dan untuk beberapa pengunjung yang ingin membawa makanannya pulang, di pasar ini juga disediakan keranjang yang terbuat dari bambu sebagai pengganti plastik. Sehingga, seluruh alat yang ada di pasar ini sangat tradisional dan tanpa penggunakan bahan plastik. Pembayaran menggunakan uang juga tidak diterima secara langsung oleh pedagang.


       
Tak hanya itu, salah satu yang menarik dari Pasar Tradisi Lembah Merapi ini adalah rumah Joglo atau yang disebut Pawon Mbah Uyut. Konsep dari desain Pawon Mbah Uyut ini sangat tradisional dan sesuai dengan tatanan rumah jaman dahulu. Terdapat dua kamar tidur yang dapat di sewakan untuk pengunjung, satu spot amben dan kursi kayu memanjang untuk tempat beristirahat, serta pawon atau dapur yang masih menggunakan tungku dan alat-alat yang tradisional. Tidak hanya itu, lantai yang ada dalam Pawon Mbah Uyut masih menggunakan tanah tanpa alas apapun. Seakan memang menyatu dengan alam. Rumah joglo atau Pawon Mbah Uyut yang masih terbuat dari kayu dan anyaman bambu atau gedhek menambah unsur tradisional yang menarik.
Dengan adanya Pawon Mbah Uyut dan adanya pasar tradisi Lembah Merapi ini menjadi salah satu bentuk dari nguri-uri budaya Jawa. Yang harapannya mampu menghidupkan kembali rumah kampung tradisional dan tradisi tempo dulu.


0 comments:

Post a Comment