Nikmatnya Berzina


Gambar oleh Kevin Phillips dari Pixabay


Aku mengelap peluh di lenganku. Nafas kuatur agar tak lagi menderu. Aku berlalu, tak kupedulikan tubuh elok dari gadis belia yang tengah berguling menahan pedih. Aku berjalan gagah menuju gang terdekat.

Di ujung gang kulihat dua mangsa baru. Tanpa banyak pikir, kusergap salah satu dari belakang. Sayang, satu lainnya terbirit-birit ketakutan.

“Sial, aku dapat yang tua,” batinku kesal. Tapi tak apalah, lagipula hasratku sudah memuncak lagi. Kuhujam ia sekencangnya di trotoar jalan. Si tua melenguh tak berdaya.

Aku mengelap peluh di kumisku lagi. Nafas kuatur pula agar tak lagi menderu. Aku berlalu, tak kupedulikan si tua yang terkulai lemas. Kali ini aku puas. Si tua yang ini tidak mengecewakan.
Aku pun pulang, menuju ranjang dan langsung terlelap kelelahan.

Frans keluar dari dapur menuju ranjangku. Mata sayuku melihatnya membawa sepiring makanan, dan diletakkannya di depanku. Tahu saja dia, kalau aku sedang kelaparan. Piring itu langsung kosong tidak ada 5 menit.

“Kucing pintar,” celetuk Frans sambil mengelus punggungku. Lalu kulanjutkan tidurku, mengisi energi untuk berkelana nanti malam.

0 comments:

Post a Comment