Seorang pria paruh baya sedang bersusah payah menggaruk dataran es yang keras. Suhu udara yang rendah dan sesekali badai salju menerpa membuat tubuhnya mengigil kedinginan. Tak berapa lama Ia menghentikan pekerjaannya, sebuah tanda "SOS" hampir sebesar lapangan bola berhasil Ia selesaikan. Dari bangku bioskop, penonton ikut merasakan kelelahan. Demikianlah film Arctic dibuka.
Berhasil meraih penghargaan di festival film bergengsi, Cannes, Arctic disebut-sebut sebagai salah satu film tentang bertahan hidup terbaik yang pernah ada oleh kritikus film. Film dengan durasi 98 menit ini disutradarai oleh Joe Panne sebagai debut film panjang pertamanya.
Arctic mengisahkan tentang perjuangan pria bernama Overgard (Mads Mikkelsen) untuk bertahan hidup seorang diri di Arktika. Overgard adalah kru pesawat yang selamat dari kecelakaan yang membuatnya terdampar di lautan es yang membeku di Kutub Utara.
Terdampar seorang diri di salah satu tempat paling sulit ditaklukkan di bumi membuat Overgard harus berjuang keras. Sambil mencari bantuan, Ia juga harus bertahan dari badai salju, beruang kutub hingga sulitnya mencari makanan. Menariknya, Ia terlihat tenang dan terbiasa dalam menjalani rutinitasnya. Bahkan, ketika seekor burung kutub lewat dihadapannya, Overgard tidak panik berlebihan. Ia seperti tahu betul apa yang mesti dilakukannya. Ia pun selamat dari beruang kutub.
Sampai sebuah pesawat menanggapi sinyal yang Ia kirim. Di tengah badai salju, pesawat itu berusaha mendekati Overgard. Nahas, pesawat itu jatuh karena tidak mampu melawan badai salju. Overgard mengahmpiri pesawat itu. Ia berusaha menyelamatkan awak dalam pesawat. Sayang, pilot pesawat meninggal. Hanya seorang perempuan muda sekarat (Maria Thelma) yang bisa Ia selamatkan. Overgard membawa perempuan itu ke pesawatnya untuk dirawat
Mendapati peta Arktika di pesawat yang baru saja kecelakaan itu, Overgard dilema: apakah Ia akan tetap bertahan di tempatnya yang relatif aman sambil mencari bantuan ataukah menjemput bantuan itu dengan kemungkinan bahaya-bahaya yang lebih besar akan mengancamnya.
Overgard memutuskan untuk pergi. Ia membawa serta perempuan muda itu dengan alat tarik yang diikat di pinggang. Perjalanan Overgard sangat tidak mudah. Ia harus berhadapan dengan beruang kutub yang ganas, gunung es yang terjal dan dataran salju yang sulit untuk dilalui. Ditambah lagi, Ia harus membawa dan merawat perempuan itu.
Arctic adalah debut film panjang Joe Panne yang brilian. Penonton tidak diajak untuk tenggelam dalam dialog yang bertele-tele. Lebih dari itu, Joe Panne menculik penonton untuk merasakan sendiri nestapa dan perjuangan Overgard untuk bertahan hidup.
Keputusan untuk membuat dialog seminim mungkin dalam film ini adalah langkah yang berani. Apalagi, Joe Panne hanya memainkan dua tokoh utama dan konflik yang sederhana. Tentu, bukanlah hal yang mudah untuk membuat penonton tetap menikmati alurnya tanpa rasa bosan. Untnglah, Joe Panne berhasil mengeksplorasi elemen emosional dalam film. Patut diakui, Joe Panne piawai memainkan emosi penontonnya dengan cemerlang. Ya, Ia berhasil.
Arctic bukan cuma perkara hidup atau mati. Arctic adalah cerita yang elegan tentang bagaimana manusia seharusnya menjadi manusia. Joe Panne memperlihatkan pada kita betapa Overgard merindukan teman untuk mengobrol melalui patung salju. Juga, upaya Overgard untuk menyelamatkan perempuan sekarat tanpa embel-embel lain selain kemanusiaan. Joe Panne menyampaikannya dengan jujur.
Sayangnya, Meski tokoh Overgard diperankan oleh Mads Kinnelston dengan apik dan emosional, film ini bukan tanpa cela. Penokohan Overgard terlalu filmistik membuat film ini tidak berasa hidup. Logika film dalam penokohan Overgard terasa muluk-muluk, hampir tidak mungkin kita temukan tokoh seperti itu.
Terakhir, penutup yang luar biasa berkesan. Meski awalnya terlihat seperti putus asa. Ternyata, ending yang Joe Panne buat pas, sangat tepat. Cukup segitu saja, Joe Panne mempersilakan penonton untuk membuat ending film sesuai yang mereka harapkan, sesuai yang mereka bayangkan. Alhasil film ini benar-benar meninggalkan pertanyaan-pertanyaan bagi para penontonnya. Dan akhirnya memutuskan sendiri apa yang mesti terjadi pada dua orang itu. Bravo.
Saya merekomendasikan film ini bagi siapa saja yang jatuh cinta pada romantisme manusia dengan alam. Menonton film ini akan membuat kita berpikir ulang mengenai eksistensi diri kita yang seorang dan alam.
Berhasil meraih penghargaan di festival film bergengsi, Cannes, Arctic disebut-sebut sebagai salah satu film tentang bertahan hidup terbaik yang pernah ada oleh kritikus film. Film dengan durasi 98 menit ini disutradarai oleh Joe Panne sebagai debut film panjang pertamanya.
Arctic mengisahkan tentang perjuangan pria bernama Overgard (Mads Mikkelsen) untuk bertahan hidup seorang diri di Arktika. Overgard adalah kru pesawat yang selamat dari kecelakaan yang membuatnya terdampar di lautan es yang membeku di Kutub Utara.
Terdampar seorang diri di salah satu tempat paling sulit ditaklukkan di bumi membuat Overgard harus berjuang keras. Sambil mencari bantuan, Ia juga harus bertahan dari badai salju, beruang kutub hingga sulitnya mencari makanan. Menariknya, Ia terlihat tenang dan terbiasa dalam menjalani rutinitasnya. Bahkan, ketika seekor burung kutub lewat dihadapannya, Overgard tidak panik berlebihan. Ia seperti tahu betul apa yang mesti dilakukannya. Ia pun selamat dari beruang kutub.
Sampai sebuah pesawat menanggapi sinyal yang Ia kirim. Di tengah badai salju, pesawat itu berusaha mendekati Overgard. Nahas, pesawat itu jatuh karena tidak mampu melawan badai salju. Overgard mengahmpiri pesawat itu. Ia berusaha menyelamatkan awak dalam pesawat. Sayang, pilot pesawat meninggal. Hanya seorang perempuan muda sekarat (Maria Thelma) yang bisa Ia selamatkan. Overgard membawa perempuan itu ke pesawatnya untuk dirawat
Mendapati peta Arktika di pesawat yang baru saja kecelakaan itu, Overgard dilema: apakah Ia akan tetap bertahan di tempatnya yang relatif aman sambil mencari bantuan ataukah menjemput bantuan itu dengan kemungkinan bahaya-bahaya yang lebih besar akan mengancamnya.
Overgard memutuskan untuk pergi. Ia membawa serta perempuan muda itu dengan alat tarik yang diikat di pinggang. Perjalanan Overgard sangat tidak mudah. Ia harus berhadapan dengan beruang kutub yang ganas, gunung es yang terjal dan dataran salju yang sulit untuk dilalui. Ditambah lagi, Ia harus membawa dan merawat perempuan itu.
Arctic adalah debut film panjang Joe Panne yang brilian. Penonton tidak diajak untuk tenggelam dalam dialog yang bertele-tele. Lebih dari itu, Joe Panne menculik penonton untuk merasakan sendiri nestapa dan perjuangan Overgard untuk bertahan hidup.
Keputusan untuk membuat dialog seminim mungkin dalam film ini adalah langkah yang berani. Apalagi, Joe Panne hanya memainkan dua tokoh utama dan konflik yang sederhana. Tentu, bukanlah hal yang mudah untuk membuat penonton tetap menikmati alurnya tanpa rasa bosan. Untnglah, Joe Panne berhasil mengeksplorasi elemen emosional dalam film. Patut diakui, Joe Panne piawai memainkan emosi penontonnya dengan cemerlang. Ya, Ia berhasil.
Arctic bukan cuma perkara hidup atau mati. Arctic adalah cerita yang elegan tentang bagaimana manusia seharusnya menjadi manusia. Joe Panne memperlihatkan pada kita betapa Overgard merindukan teman untuk mengobrol melalui patung salju. Juga, upaya Overgard untuk menyelamatkan perempuan sekarat tanpa embel-embel lain selain kemanusiaan. Joe Panne menyampaikannya dengan jujur.
Sayangnya, Meski tokoh Overgard diperankan oleh Mads Kinnelston dengan apik dan emosional, film ini bukan tanpa cela. Penokohan Overgard terlalu filmistik membuat film ini tidak berasa hidup. Logika film dalam penokohan Overgard terasa muluk-muluk, hampir tidak mungkin kita temukan tokoh seperti itu.
Terakhir, penutup yang luar biasa berkesan. Meski awalnya terlihat seperti putus asa. Ternyata, ending yang Joe Panne buat pas, sangat tepat. Cukup segitu saja, Joe Panne mempersilakan penonton untuk membuat ending film sesuai yang mereka harapkan, sesuai yang mereka bayangkan. Alhasil film ini benar-benar meninggalkan pertanyaan-pertanyaan bagi para penontonnya. Dan akhirnya memutuskan sendiri apa yang mesti terjadi pada dua orang itu. Bravo.
Saya merekomendasikan film ini bagi siapa saja yang jatuh cinta pada romantisme manusia dengan alam. Menonton film ini akan membuat kita berpikir ulang mengenai eksistensi diri kita yang seorang dan alam.
0 comments:
Post a Comment