Dumbo: Tim Burton dan Impiannya Mengangkat Kembali
Kisah Klasik Dumbo di Layar Lebar
Tanggal rilis : 27 Maret 2019 (Indonesia)
Sutradara :
Tim Burton
Didistribusikan oleh :
Walt Disney Motion Pictures Group
Produser :
Ehren Kruger, Derek Frey, Justin Springer, Katterli Frauenfelder
Perusahaan Produksi :
Walt Disney Pictures, Tim Burton Productions
Tahun
1941 film Dumbo sempat dirilis dengan versi film animasi di bawal perusahaan
produksi Walt Disney Pictures. Mengangkat cerita tentang bayi gajah yang
terlahir unik dengan telinga yang besar. Dumbo diceritakan sebagai bayi gajah
yang bisa terbang dengan kedua telinga yang besar tersebut. Dengan mengangkat
latar dunia hiburan sirkus, Dumbo dikisahkan sebagai bayi gajah yang hidup di
lingkungan sirkus dan dipekerjakan sebagai penghibur dengan tingkahnya yang
lucu.
Di
tahun 2019, Tim Burton kembali mengangkat kisah klasik Dumbo. Tim Burton adalah
sutradara terkenal dengan ciri khas film nya yang sedikit muram namun ada unsur
humornya.Salah satu film-nya yan terkenal adalah Batman Returns. Kisah klasik Dumbo yang diangkat kembali oleh
Tim Burton ini hadir dengan gaya yang berbeda. Film Dumbo yang sebelumnya hadir
dengan gaya animasi ini berubah menjadi sebuah film live-action di bawah Walt Disney Picturesdimana menggunakan tokoh
yang nyata bukan dari animasi. Meskipun peran Dumbo tetap menggunakan animasi. Beberapa
tokoh diperankan oleh Collin Farrell, Eva Green, Danny DeVito, Nico Parker,
Michael Keaton, Finley Hobbins, dan lain sebagainya.
Dalam
film Dambo tahun 2019 ini diceritakan seoran pemilik sirkus bernama Max Medici
yang diperankan oleh Danni DeVito mempekerjakan seolah mantan tantara bernama
Holt yang diperankan oleh Colin Farrell. Holt dipekerjakan sebagai pengasuh
seekor gajah yang baru lahir. Gajah yang baru lahir ini memiliki keunikan
berupa telinganya yang besar. Namun Gajah ini justru menui banyak ejekan karena
perbedaannya itu. Ditengah ejekan yang dilayangkan pada bayi gajah itu, kedua
anak Holt yaitu Milly (Nico Parker) dan Joe (Finley Hobbins) tidak berhenti
melatih bayi gajah itu. Hingga keduanya dikejutkan pada sebuah fakta bila bayi
gajah dengan telinga yang besar itu dapat terbang seperti burung dengan kedua
telinganya sebagai sayap.
Kemampuan
bayi gajah itu akhirnya bisa diterima meskipun sempat tak dipercayai oleh Max
Medici. Hingga akhirnya kemampuan bayi gajah yang diberi nama Dumbo itu
memancing seorang penusaha sirkus besar di pusat kota bernama Vandervere
(Michael Keaton) yang ingin meraup keuntungan dari Dumbo. Namun kisah Dumbo tak
semulus yang dibayangkan saat dipekerjakan di dunia sirkus pusat kota. Ada rahasia
besar di balik gemerlapnya dunia hiburan pusat kota tersebut.
Berbeda
dengan film Dumbo pada 1941, film Dumbo 2019 ini diperankan oleh tokoh manusia.
Kisah yang diangkat juga tentang betapa serakahnya manusia yang yang tidak
tanggung-tanggung mengekploitasi hewan demi keuntungan semata lewat sirkus. Meskipun
film ini diproduksi pada tahun 2019. Namun kisahnya berlatar belakang kisah
pada tahun 1941 yang dimana sirkus menjadi pusat hiburan masyarakat pada
kalanya. Dalam film tersebut digambarkan dengan bayi gajah, monyet, dan
beberapa gajah lainnya yang sengaja dikurung dan tidak dibebaskan ke alam liar
demi bisa ditampilkan di panggung sirkus. Film ini mengandung pesan moral yang
tentang eksploitasi binatang dengan kemasan film anak-anak. Kisah yan ditampilkan
memang sudah tidak relevan dengan kondisi dunia hiburan di tahun 2019 dimana
sudah sangat jarang pertunjukan sirkus ditampilkan. Namun setidaknya pesan
untuk mengembalikan binatan ke habitat aslinya merupakan sebuah pesan moral
yang dapat diresapi dna diterapkan dalam hal apapun yang melibatkan binatang.
Film
Dumbo tahun 2019 ini sangat memotivasi anak-anak yang menonton. Ada beberapa
kisah tentang Milly dan Joe anak dari Holt yang dengan kegigihannya dapat melatih
Dumbo dan menyadarkan ke semua orang untuk tidak mengeksploitasi Dumbo dan
gajah lainnya secara berlebihan. Milly dikisahkan sebagai seorang anak yang tertarik
pada dunia sains. Bersama adiknya, Joe ia tida berhenti melatih Dumbo,
bereksperimen dengan apapun hingga menemukan kemampuan Dumbo agar Dumbo tidak
menjadi bayi gajah yang hidup dengan penuh ejekan. Hal yang patut dicontoh dari
sosok Milly dan Joe adalah sifat mereka yang berani berbeda, gigih, selalu
penasaran dengan hal apapun, cerdas, dan tidak pernah menyerah adalah nilai
moral yang patut di contoh anak-anak sebagai penonton film Dumbo ini.
Kekurangan
yang ada dalam film Dumbo ini adalah tidak menjelaskan ikatan yang dalam antara
Holt, kedua anaknya, dan ibu dari anak-anakya tersebut. Sehingga membuat
penonton bertanya-tanya tentang kisah dibalik keluarga Holt tersebut yang tidak
dijelaskan secara detail dalam film tersebut. Selanjutnya adalah persoalan
sensor film. Film Dumbo memang di produksi dengan kebudayaan barat dimana wajar
jika ada berbagai adegan ciuman untuk menunjukan kasih sayang sepasang kekasih
seperti beberapa adegan terselip yang ada dalam film Dumbo. Ditambah lagi gaya
berbusana yang tidak sesuai dengan kebudayaan timur. Meskipun sudah lulus
sensor namun tidak memungkiri adegan tersebut masih ada saat menonton di
bioskop. Untuk itu, ketika mengajak anak-anak untuk menonton film Dumbo tetap
perlu pengawasan orang tua. Alangkah baiknya ditonton sebagai film keluarga Bersama
keluarga untuk menghabiskan akhir pekan.
Namun
terlepas bebagai kekurangan tersebut, tentu film Dumbo telah memberikan angin
segar ditengah krisisnya tontonan anak-anak di Indonesia terutama di Televisi. Setidaknya
film Dumbo dan film-film yang bersegmentais keluarga dan anak-anak ini menjadi
pilihan orang tua untuk mengajak keluarga terutama anak untuk memperkenalkan
film-film anak yang mengandung nilai moral yang tinggi, dikemas dengan cara
berbeda, dan dapat mengedukasi. Film Dumbo layak untuk ditonton untuk menghabiskan
akhir pekan bersama keluarga untuk menyaksikan film dengan nilai moral yang
dibutuhkan pada masa kini atau sekedar mengulang memori tentang kisah Dumbo
1941. (Eka Putriyana Widyastuti/16419141010)
0 comments:
Post a Comment