Gambar oleh jihanarrifa |
2.15 pagi. Aku termenung mencari sebuah jawab atas pertanyaan semesta tentang hidup yang ku jalani.
“Mau jadi apa?, apa kau tak takut dosa?, jadilah orang yang baik!, mau kerja dimana?, apa kau bisa?, dasar tidak normal!” dan masih banyak lagi pertanyaan dan olokan yang dipertontonkan semesta kepadaku.
3.00 pagi. Pikirku tak karuan! Rasanya ingin memaki tuhan. “TUHAN DOSA SIAPA YANG SEDANG KU TEBUS SAAT INI?” peluhku menetes di hujam emosi. Ingin ku akhiri saja derita ini. “Namun bagaimana caranya?” gumamku sembari menenggak segelas anggur. Belum juga mendapat solusi, aku sudah terlelap dalam sepi.
9.00 pagi. Aku tebangun ditengah lautan emosi dan kecewa. Rasa takutku membuncah ketika sadar bahwa ini waktunya beraktifitas seperti biasa. “sial sudah jam sembilan saja! Nanti harus bertemu banyak orang di kampus, dan harus tersenyum untuk mereka!” menggerutu sembari mengalungkan handuk.
9.30 pagi. Berangkat ke suatu tempat untuk melepas pikir yang telah penat. Bukannya ke kampus, malah belok kiri mencari masalah lagi. “huaahh” menghela nafas panjang. “Tak apa. Inilah diriku, aku sudah lelah berpura-pura, lagi pula aku sudah merindukannya”. kataku dalam hati.
10.15 pagi. Aku bertemu dengannya. Sosok yang selama ini menjadi penyebab senang dan sedihku, sosok yang selama ini menjadi sebab atas segala makian yang dihujamkan semesta padaku. Aku takkan membencinya, pun dengan diriku. Tak akan lagi. Akupun berhak mencintai dan dicintai. Akulah pemegang kebahagian tertinggi atas diriku! Bukan orang lain!.
Kita bercumbu dengan hangat setelah sekian lama tak ada perjumpaan. “maafkan aku tak ada kabar beberapa hari ini” bisikku padanya. “tak apa, aku merindukanmu” balasnya.
Kita ini bukan lahir dari sebuah kesalahan. Namun segala kesalahan ini tumbuh karena cinta. Bukankah cinta adalah anugerah tuhan? Maka tak ada masalah bukan jika aku mencintai ciptaanNya walaupun dengan jenis yang sama.
0 comments:
Post a Comment