Salah
satu kota yang selalu hidup dengan kegiatan mahasiswa adalah Yogyakarta. Bukan
tanpa alasan, Yogyakarta menjadi tempat dimana banyak perguruan tinggi berdiri.
Mulai dari perguruan tinggi swasta sampai dengan perguruan tinggi negeri juga
berdiri di Yogyakarta. Oleh karenanya kegiatan kegiatan yang sering beririsan
dengan mahasiswa sering diadakan disini. Salah satunya adalah bazar buku, bazar
buku yang diadakan di Yogyakarta selalu ramai dengan hiruk pikuk pengunjung
yang mencari buku baik itu fiksi ataupun non fiksi. Bazar buku yang baru saja
berakhir pada beberapa hari yang lalu adalah Patjar Merah. Patjar merah
mendesain bazar bukunya dengan menyisipkan beberapa obrolan dengan beberapa
penulis buku agar bazar buku tersebut tidak terkesan monoton.
Salah
satu yang menarik penulis adalah obrolan dengan penulis Buku Kisah Tanah Jawa yang diadakan pada 7 Maret 2019. Penulis memilih datang pada saat obrolan ini
karena berangkat dari asumsi bahwa obrolan ini bakal ramai. Ternyata itu semua
diluar bayangan penulis, penulis sengaja datang 30 menit sebelum obrolan
tersebut dimulai dengan harapan mendapatkan posisi terbaik untuk menyaksikan
obrolan tersebut. Tetapi pada saat penulis datang, tempat yang dipilih sebagai vanue obrolan sudah tidak dapat menahan
jumlah peserta obrolan yang membludak.
Alhasil penulis tidak kebagian tempat
duduk dan harus berdesak desakan untuk menyaksikan obrolan tersebut. Hal
tersebut sungguh tidak nyaman menurut penulis, padahal disekitar tempat bazar
ada vanue yang cukup besar disamping food court. Tempat tersebut dapat lebih
dimanfaatkan atau seharusnya penyelenggara dapat memprediksi bahkan menyiapkan plan jika hal hal seperti ini terjadi.
Sebelum Obralan Kisah Tanah Jawa. Febriansyah/KelasKreatif |
Patjar Merah.Febriansyah Kulau/KelasKreatif |
Penulis
hanya dapat fokus untuk memperhatikan obrolan sekitar 30 menit, dikarenakan
kondisi yang tidak nyaman tersebut. Dalam obrolan yang penulis ikuti, penulis
dapat menarik sebuah hipotesa bahwa obrolan tersebut dapat dikatakan sebagai interactive marketing. Dalam konsep Integrated Marketing Communication (IMC)
kita mengenal beberapa tools yang
sering digunakan untuk sebagai alat promosi atau hanya menguatkan sebuah brand saja, salah satunya yang penulis
singgung diatas yaitu interactive
marketing.
Ciri
khas dari interactive marketing adalah adanya keterkaitan antara konsumen/calon
konsumen dengan produsen, keterkaitan tersebut dibangun dengan komunikasi. Hal
tersebut sangat kental dirasakan oleh penulis dalam menyaksikan obrolan ini.
Obrolan antara penulis dan penonton adalah buktinya, disini produsen mencoba
membangun keterkaitan dengan konsumen/calon konsumen dengan saling mengobrol
secara langsung, yang harapan besarnya adalah penonton akan kembali membeli
buku atau akan membeli buku bagi calon konsumen. Hal tersebut wajar saja
menurut penulis, karena tentu penyelenggara melihat celah yang dapat dijadikan
sebagai ranah promosi sebuah buku agar dapat meningkatkan penjualan.
Karena
pada saat itu kondisi sangatlah ramai, penulis mencoba datang lagi pada tanggal
9 Maret 2019 dengan harapan mendapatkan sebuah pembanding jika topik obrolannya
berbeda. Penulis datang sekitar 55 menit setelah obrolan dimulai, tetapi
kondisi obrolah tidak se hactic obrolan
sebelumnya. Hal tersebut membuat harapan penulis datang ke obrolan ini menjadi
kenyataan.
Terdapat hal menarik pada saat penulis memperhatikan obrolan, yaitu
beberapa kali terlihat pembicara yang notabenenya masih anak kecil terlihat
mengantuk. Pertama kali penulis melihat anak tersebut mengantuk pada pukul
20.23 dan berulang beberapa kali. Ada baiknya penyelenggara dapat lebih
memperhatikan hal seperti ini, terlebih jam tersebut sudah cukup malam bagi
seorang anak untuk berkegiatan layaknya orang dewasa. Saran penulis,
penyelenggara dapat mengatur waktu obrolan agar jika pembicaranya kelak kembali
seorang anak maka dapat tetap memperhatikan hak hak seorang anak.
Pada saat Obralan tanggal 9 Maret 2019. Febriansyah/KelasKreatif |
Secara
keseluruhan penulis sangat mengapresiasi kegiatan ini. Pengunjung bagai arus
air yang selalu ada disetiap malamnya. Patjar merah juga bagai surga bagi
mereka para pemburu buku bacaan. Harapannya kedepan kegiatan ini dapat kembali
diadakan di Yogyakarta, tentunya dengan kemasan acara yang lebih ciamik lagi.
0 comments:
Post a Comment