MENGULAS PATJAR MERAH, “FESTIVAL KECIL YANG MELITERASI”



Festival Kecil Literasi dan Pasar Buku (Patjar Merah)
Hallo sahabat bloggers! Kali ini saya ingin sharing sedikit cerita setelah mengunjungi salah satu acara di Yogyakarta yaitu Patjar Merah. Penasaran kan apa sih Patjar Merah? Daripada banyak basa-basi, langsung saja disimak sedikit cerita dari saya. Kuy!

Kamis, (7/3) bertepatan dengan tanggal merah. Saya mengunjungi Patjar Merah, sebuah acara literasi yang tengah berlangsung di kota yang terkenal dengan semboyan kota pelajarnya yaitu Yogyakarta. Acara tersebut sudah berjalan dari tanggal 2 Maret dan berakhir pada 10 Maret. Lokasinya berada di Jalan Gedong Kuning No. 118 yang mana tempatnya jauh dari kampus-kampus besar di Yogyakarta.

Pada hari ke-6 acara, saya mendapati bangunan besar dengan corak berwarna merah di bagian depannya. Dengan tampilan seperti itu, membuat siapapun yang mengunjungi acara literasi Patjar Merah tidak mengira bahwa bangunan tersebut merupakan bekas gudang yang sebelumnya tidak terpakai.

Begitu memasuki bangunannya, suasana aura positif dapat terasa. Walaupun acara literasi Patjar Merah tidak mewah, acara tersebut cukup membuat gairah para penikmat buku. Di dalam ruangan terdapat tumpukan buku yang tertata rapi di atas rak-rak buku. Umbul-umbul bergambar wajah presiden pertama kita yaitu Soekarno, dan terdapat juga gambar wajah Hatta, Tan Malaka yang tergantung menghiasi langit-langit atap bangunan.

Suasana Rak Buku Indie

Selang 1 jam setelah saya datang, pengunjung sudah mulai tampak ramai. Saya agak terkejut mendapati rak buku yang paling banyak diserbu oleh pengunjung yaitu rak buku indie. Saat bergabung dalam kerumunan itu, saya mencoba memperkirakan mungkin minat pengunjung pada buku-buku indie karena ada rasa penasaran terhadap buku bacaan alternatif.

Acara literasi dan pasar buku ini mungkin tidak terlepas dari usaha membuktikan tinggi rendahnya minat baca masyarakat di Indonesia. Menurut hasil sejumlah survey minat baca masyarakat Indonesia tergolong cukup rendah. Namun, bagi saya daripada sibuk menguji kebenaran survey tersebut, acara-acara literasi semacam Patjar Merah justru lebih bermakna karena ada semangat "melayani".

Melayani sambil mengemban misi budaya literasi. Semangat mengajak masyarakat agar terus membaca sekaligus melawan penurunan minat beli buku karena alasan salah satunya adalah harga buku yang mahal.

Maka dari itu diskon harga mulai dari 30% hingga 80% ditawarkan oleh pihak panitia Patjar Merah selama acara berlangsung yang merupakan salah satu upaya agar masyarakat terus membaca buku. Butuh cara-cara lain yang tidak membatasi minat baca masyarakat pada urusan harga buku.

Suasana Festival Patjar Boekoe

Acara literasi Patjar Merah bukan hanya berbentuk pasar buku. Literasi lebih dari sekedar membeli dan membaca buku. Maka dari itu, dipertemukanlah para pengunjung dengan berbagai narasumber dalam sesi acara Obrolan Patjar dan Lokakarya. Pada hari Kamis (7/3) dalam sesi acara Obrolan Patjar dan Lokakarya mengundang sejumlah narasumber, antara lain Restu Utami Dewi, J.S Khairen, Haditha, Adimas Immanuel, Theoresia Rumthe, Wifiano Rifky, dan Tim “Kisah Tanah Jawa”. Maksud tujuannya adalah agar para penulis, pembaca, dan masyarakat umum dapat saling bertukar pengalaman, gagasan, serta memberikan semangat-semangat positif.

Nah menarik bukan acara Patjar Merah sahabat bloggers? Kuy segera merapat dan buru buku favorit sahabat bloggers, dan jangan lupa serap semua ilmunya sebelum acara ini berakhir! Sekian singkat cerita dari saya, semoga bermanfaat. Wasalam.

0 comments:

Post a Comment