Bakmi Lethek: Mempertahankan Tradisi Khas Bantul




      Pernah berkunjung ke daerah Bantul, Yogyakarta? Pasti kamu akan mengingat ingat kenangan pergi ke pantai. Atau kenangan ke perbukitan dini hari untuk mengejar sunrise. Selesai ke tempat wisata kamu makan apa? Biasanya kalau selesai main di pesisir pantai pesannya ikan bakar, udang saus asam manis atau kerang saus tiram. Kalau kamu yang turun dari memburu matahari terbit pulang mampir makan mencicipi bakso tusuk legendaris.


      Pernah dengar Bakmi Lethek ? Iya, bakmi, makanan yang panjang menjuluru-julur itu. Masih asing ya? Bakmi Lethek  merupakan salah satu makanan khas daerah Bantul. Lethek  berasal dari bahasa Jawa yang berarti kusam atau keruh. Ya, betul, Bakmi Lethek  memang berwana kusam keabu abuan alias lethek . Bakmi ini memang berbbeda dengan bakmi lain yang terbuat dari telur dan tepung terigu. Warna lethek  abu-abu ini dihasilkan dari bahan utamanya yaitu singkong.


      Cara pembuatannya masih sederhana sekali. Disebuah gudang daerah Srandakan, Bantul, Yogyakarta, Bakmi Lethek  ini diproduksi. Dengan menggunakan gilingan tradisional yang digerakkan oleh sapi, bahan Bakmi Lethek  digiling. Wrna lethek  keabu-abuan akan terlihat setelah proses penjemuran. Setelah bakmi kering, kemudian dikemas dan dipasarkan.



      Bagaimana ya rasa Bakmi Lethek  ini? Untuk kamu yang mau coba bisa datang ke Warung Bakmi Yu Bandhi. Beralamat di Desa Tegallayang, utara jalan Srandakan, Bakmi Lethek  kering diola menjadi sebuah sajian yang nikmat. Ada dua cara pengolahan, digoreng atau direbus. Kata Yu Bandhi sang penjual, bakmi bisa diolah setelah direndam selama 1 jam sebelum dimasak. Tujuannya agar tekstur bakmi yang kenyal dan tidak hancur ketika dimasak. Warung yang sudah sangat lama berdiri ini tidak pernah sepi. Tapi, jangan coba-coba datang dihari Senin yaa.

0 comments:

Post a Comment