Pukul 16.00 WIB saat seorang pemuda tengah fokus pada layar ponselnya. Dengan segera ia membalas pesan yang telah masuk. Satu per satu ia menuntaskan beberapa pesan yang telah diabaikan beberapa jam yang lalu. Hening. Saat semua pesan telah ia balas. Ia letakkan ponsel di ujung meja.
Sembari menunggu balasan, ia melanjutkan bacaan yang di targetkan tandas hari ini. Ponsel berdering, sebuah telepon dari seorang lelaki bersuara berat yang ia kenal itulah suara Bapak. Menanyakan tentang keadaannya hari ini, tak ketinggalan pula pertanyaan sudahkah mengisi perut dan jangan lupa ibadah selalu menjadi ujung percakapan singkat bersama Bapak.
Salam menjadi penutup sebelum percakapan di telepon terputus. Tak berselang lama beberapa balasan pesan masuk. Si pemuda kembali di sibukkan dengan ponselnya, sekaligus bercerita pada seorang teman bahwa minggu ini ia ingin pulang. Padahal seminggu yang lalu ia telah pulang kampung. Tugas masih bertumpuk belum terselesaikan. Segelintir rasa rindu yang menyeruak dalam pikiran tiba-tiba serasa membelenggu alasan.
Rasanya tugas tak lagi jadi alasan yang kuat untuk menunda keinginan pulang. Ia lalu meletakkan ponselnya dan memilih merenung. Beberapa menit kemudian ponsel kembali berdering, nama kontak Bapak terpampang lagi di layar. Ada apa gerangan, baru berapa menit berlalu ia sudah memanggilku lagi, tanyanya dalam hati. Segera ia tekan gambar telepon dengan background putih di layar. Terdengar suara Bapak nampak terburu- buru tanpa salam, tidak seperti biasanya.
"Nak, sore ini bisakah kau pulang? Nenekmu telah tutup usia." Degub jantungku semakin kencang. Tanganku gemetar dan terburu mengiyakan perintah Bapak.Tanpa sadar air mata membasahi pelupuk mata. Jadi ini alasan mengapa aku begitu ingin segera pulang. Tanpa pertanda nenek pulang ke peraduan selamanya.Tanpa berpamitan.
Dewi Ambarwati/16419141038
Dewi Ambarwati/16419141038
0 comments:
Post a Comment