Jurniva Ananda adalah seorang gadis biasa yang berasal dari keluarga
sederhana yang tinggal di daerah minoritas. Ananda yang lahir pada tanggal 21
Agustus 1998 adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ananda memiliki dua
saudara perempuan yang mana masing-masing dari mereka saat ini berada di daerah
yang berbeda. Kakak Ananda merupakan seorang Bidan yang saat ini sedang
bertugas di Pasuruan. Adik nya seorang pelajar Madrasah Aliyah yang saat ini sedang menjalani Ujian Kelulusan
tinggal bersama kedua Orangtua Ananda di Amlapura, Bali. Sementara Ananda
sendiri merupakan seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi yang menempuh pedidikannya di
salah satu Universitas ternama di Yogyakarta.
Latar belakang Ananda adalah keluarga dari kalangan biasa yang mana
orang tuanya seorang pedagang biasa. Ananda adalah seorang perempuan yang lahir
dan tumbuh besar di daerah minoritas yaitu Bali. Tumbuh dan besar di daerah minoritas
mengajarkannya apa arti dari sebuah toleransi. Kampung tempat ia berasal
merupakan mayoritas beragama Hindu.
Ketika taman kanak-kanak ia bersekolah di TK ABA Amlapura. Dan saat
berusia 6 tahun mulai bersekolah di SD Negeri 12 Karangasem, kemudian lulus dan
melanjutkan pendidikan di SMP Muhammadiyah Karangasem di tahun 2010. Selepas
lulus di tahun 2013 Ananda melanjutkan pendidikannya di MAN Amlapura yang saat
ini bernama MAN 1 Karangasem.
Saat berada di akhir tahun ketiganya di Madrasah, Ananda
dibingungkan dengan pilihan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Sebelum ia memutuskan
untuk mengikuti SNMPTN, Ananda sudah terlebih dahulu mendaftar di salah satu Perguruan
Tinggi di Bali dan beruntungnya ia diterima. Namun pada saat akan proses pendaftaran ulang, Ananda mengalami kendala
pada saat memberi tau orangtuanya terkait hal tersebut. Kedua Orangtua nya
mengalami perbedaan pendapat. Ibu Ananda sangat mendukung anaknya untuk
melanjutkan di Perguruan tinggi tersebut karena menurutnya itu masih bisa
dijangkau dan masih bisa untuk mengawasi anaknya. Lain halnya dengan sang Ibu, Ayah nya menolak keras
keinginan Ananda tersebut dengan alasan bahwa pergaulan di Bali sangat tidak
baik dan membawa pengaruh buruk. Selain
itu Alasan yang paling kuat adalah karena Ayahnya tidak ingin keimanan dan
pengetahuan tentang Agama yang ia tamankan sedari kecil hilang begitu saja
karena pengaruh lingkungan yang buruk. Dan alasan lainnya adalah karena menurutnya
anaknya harus merantau dulu agar sukses. Dan hal itu pun berlaku untuk semua
anak-anaknya.
Karena hal itu ananda mengalami dilema dan akhirnya memutuskan untuk
melepas Perguruan Tinggi tersebut. Setelah itu ia mengikuti semua jalur seleksi
masuk di beberapa perguruan tinggi pilihannya namun terus-menerus gagal. Dan hal
itu membuatnya semakin pesimis dengan niatnya melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
Karena hal itulah ia sempat mengalami stres dan beban pikiran. Ibu nya pun
sempat khawatir dengan keadaan Ananda dan memberinya semangat.
Setelah berjalannya waktu, saat itu bulan Ramadhan dan sekolah
mengadakan buka puasa bersama Angkatan 2013 yang pada saat itu akan lulus. Dua dari
Teman laki-laki Ananda menanyakan apakah ia sudah memiliki pilihan untuk masuk
Perguruan Tinggi atau belum. Ananda yang saat itu menjawab belum pun
mendapatkan tawaran untuk mengikuti jalur kerjasama yang dibiayai Dinas
Pendidikan yang bekerja sama dengan Universitas Negeri Yogyakarta oleh kedua
temannya tersebut.
Singkat cerita, Ananda mengikuti tes tulis yang diadakan di Amlapura
oleh beberapa perwakilan dari Universitas terkait. Dan saat pengumuman hasil
tes yang menyatakan ia diterima di UNY Ananda pun merasa lega dan sangat
bersyukur saat itu. Saat itu Ayah nya yang mengetahui hal tersebut bahagia dan
bangga ketika mengetahui anaknya melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta yang
tidak lain adalah karena ada beberapa keluarga ayah disana. Tetapi lain halnya
dengan sang Ibu yang sepertinya berat untuk melepas Ananda untuk melanjutkan
pendidikannya di Yogyakarta yang mana itu sangat jauh dari jangkauannya bahkan
sampai kondisinya menurun karena memikirkan hal tersebut. Karena hal itulah
membuat Ananda berpikir kembali dengan keputusannya tersebut dan mencoba
mencari di daerah yang mungkin bisa dijangkau oleh Ibunya. Karena menurut
Ananda restu seorang Ibu adalah restu Allah dan ridha nya seorang Ibu ridha nya
Allah juga. Ananda hanya ingin semua nya berjalan dengan lancar dan dengan
restu dan ridha dari kedua orangtuanya.
Bimbang, sedih dan tertekan saat itu yang ananda rasakan. Bimbang dengan
apa yang harus ia lakukan selanjutnya untuk menengahi hal tersebut. Sedih
ketika melihat kondisi sang Ibu dan Nenek yang kondisinya menurun karena mendengar
hal tersebut. Tertekan karena begitu keras kepalanya sang Ayah yang tidak
mengizinkannya untuk melanjutkan di Bali dan bahkan melontarkan ancaman untuknya.
Namun dengan perlahan Ananda mencoba untuk memberikan pengertian dan
pemahaman terkait keputusannya tersebut kepada sang Ibu dan Nenek dan meyakinkan
bahwa ia bisa menjaga dirinya dengan
baik dan Allah akan selalu bersamanya dimana pun ia berada. Karena hal itu akhirnya
ang Ibu dan Nenek Ananda memberikan izin untuknya menempuh pendidikan nya di
Yogyakarta.
Jurniva Ananda/16419149001
0 comments:
Post a Comment