Bertaruh dengan Keberuntungan


Dandy Yoga Utama. Begitulah nama lengkap anak pertama dari bapak Suhartono dan ibu Yuliing Epriyanti ini. Lahir pada tahun reformasi 1998 dengan tanggal dan bulan yang cukup manis, 05 Maret. Jujur anak ini sangatlah menyusahkan orang tuanya. Bahkan sejak lahir! Dari awal kelahirannya yang sempat membuat sang ibu bekerja keras ketika melahirkan anak ini. Anak ini lahir dengan ukuran kepala yang cukup besar sehingga saat proses melahirkan, Si Dandy harus di vakum supaya bisa keluar. Luka penyokan di kepala adalah tanda betapa merepotkannya Dandy dilahirkan. Untung saja tidak ada gangguan mental atau otak yang terjadi.

Pada saat kecil, Dandy merupakan anak yang hiperaktif. Selalu mencoba apapun yang ada dipikirannya. Dokter mengatakan hiperaktif ini hampir dibatas gangguan autis. Tapi ternyata, Dandy menjadi anak yang cukup cerdas. Dia lancar membaca dan menulis saat TK kecil. Aktif berteman dan pandai mengaji.

Karena didikan luar biasa gigih dari kedua orang tuanya, Dandy menjadi anak yang berprestasi ketika menginjak jenjang Sekolah Dasar. Selalu mendapat rangking 3 besar dan sering memenangkan lomba cerdas cermat. Bahkan saat Ujian Nasional SD, Dandy bisa meraih nilai 100 dalam pelajaran Matematika. Sebuah prestasi yang membanggakan pada saat itu

Namun Dandy yang pandai hanya berhenti sampai di SD saja. Saat SMP dia menjadi  anak yang bandel, nakal dan tidak berprestasi seperti dulu SD. Semua dikarenakan pergaulan yang salah ketika masuk SMP. Dia diajarkan menjadi anak yang nakal oleh teman-temannya. Ditambah lagi, perhatian kedua orang tuanya fokus kepada adiknya yang baru masuk TK. Alhasil, Dandy lulus SMP dengan nilai yang mengecewakan.
Karena tidak mau nekat mencari sekolah Negeri dengan nilai yang pas-pasan. Dandy akhirnya mencari sekolah Negeri di Yogyakarta, kampung halaman kedua orang tuanya
. 
Beruntung Dandy diterima disebuah Sekolah Negeri dengan nilai pas-pasan karena pada saat itu, sekolah tersebut kekurangan murid saat-saat terakhir jam pendaftaran ditutup karena banyak yang mencabut berkasnya karena takut tidak bisa diterima disekolah itu.
Di Jogja, Dandy tinggal bersama paman dan bibinya, yang merupakan saudara kandung dari ibunya. Selama SMA Dandy tidak menonjolkan kepintarannya seperti SD dulu. Bahkan sama seperti SMP dulu, Dandy tetap menjadi anak yang nakal dan bandel walaupun tidak separah ketika SMP. Hasil UN SMA nya pun juga pas-pasan lagi.

Namun beruntung lagi, karena jumlah murid SMA Dandy lumayan sedikit, dan sekolahnya mendapat akreditasi A, Dandy masuk ke dalam kuota penerima SNMPTN. Karena tidak pede dengan kapasitas otaknya, Dandy memilih cari aman dengan cara mengurutkan pilihan PTN nya dari tergampang ke tersusah ( yang mana seharusnya sebaliknya ). Dan karaena cara main aman tersebut, Dandy akhirnya diterima di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2016.

Saat ini dia masih melanjutkan kuliahnya, namun dengan keterbatasan tangan kanannya yang tidak bisa digerakkan akibat dari kecelakaan motor yang dialaminya pada tanggal 26 juli 2018. Kecelakaan itu menyebabkan syaraf tangannya putus sehingga tangannya lumpuh untuk sementara waktu. Hingga saat ini, mulai banyak perkembangan yang dialami oleh tangan kanannya itu.

0 comments:

Post a Comment