Yowis Ben 2 : Menghidupkan Drama Dengan Selera Humor Jawa


Berdasarkan pepatah, seseorang akan terus diingat melalui karyanya. Generasi millennial memang tidak kehabisan akal untuk menuangkan idenya. Semakin maju perkembangan teknologi, memudahkan generasi barunya dalam menyebarluaskan karya. Dalam berkarya diperlukan adanya sebuah kreativitas yang diperbaharui secara terus menerus.
Bayu Skak merupakan seorang youtuber yang dikenal akan karyanya. Pria yang bernama asli Bayu Eko Moektito ini, mulai merambah dunia film sejak tahun 2018. Awal mula karirnya di bidang perfilman dimulai saat film produksinya ‘Yowis Ben’ berhasil mendapat perhatian dari para pecinta film di Indonesia.
Seperti pisau yang harus selalu diasah. Salah satu youtuber di Indonesia ini kembali menggarap film keduanya satu tahun kemudian. Tepatnya pada 14 Maret 2019 film ‘Yowis Ben 2’ resmi hadir di bioskop-bioskop Indonesia. Film berdurasi 1 jam 49 menit tersebut ditulis, disutradarai, dan dibintangi langsung oleh Bayu Skak. Dikutip langsung dari official account, film Yowis Ben saat ini telah mencapai 857.233 penonton.
Pembahasan film dibungkus secara menarik sebagai bentuk kecintaan Bayu Skak sendiri sebagai orang jawa asli terhadap budayanya. Berbeda dengan film berdialog jawa lainnya, film Yowis Ben 2 lebih diarahkan ke genre drama komedi. Film ini digarap untuk mematahkan pandangan negatif mengenai orang Jawa yang ndeso, lugu, bodoh, norak, dan sebagainya. Atas dukungan dari Chand Parwez Servia (Starvision) dan FIaz Servia film ini sukses menjadi sorotan di industri film.
Dalam film Yowis pertama, dua keberhasilan telah didapatkan. Pertama mengenai popularitas dari grup musik yang dinamai ‘Yowis Ben’ yang telah sedikit diakui di kalangan sekolahnya. Serta keberhasilan Bayu mendapatkan hati Susan sang pujaan hatinya. Permulaan film Yowis Ben 2 dimulai dari penampilan Bayu dan ketiga rekannya dalam acara perpisahan. Namun perpisahan tersebut sekaligus menandai awal perpisahan Bayu dengan Susan. Susan mengaku ingin kuliah di Jerman dan ingin mengakhiri hubungannya. Dipandang dari segi alur cerita, drama perpisahan yang ditampilkan terkesan sangat instan seperti drama FTV pada umumnya.
Berbagai konflik mulai terjadi pada para personel ‘Yowis Ben’. Mulai dari Bayu dan keluarga yang akan segera diusir dari kontrakan karena faktor keuangan. Yayan yang harus selalu menafkahi istrinya. Kegalauan nando menghadapi ayahnya yang ingin menikah lagi. Serta Doni yang masih meratapi kejombloannya. Namun, menanggapi dari segi penggambaran alur pada scene ini sisi emosional terlalu dipaksakan menyisipi bumbu humor. Selera humornya oke, apabila dilihat dari alurnya hal tersebut justru terkesan memaksa.
Munculnya beragam konflik, memaksa Bayu dan ketiga rekannya untuk ikut pada seorang manajer bule. Keadaan membuat mereka memutuskan untuk memecat Cak Jon, manajer lama mereka. Pada saat mereka ingin meniti karir dijenjang yang lebih tinggi di Bandung, permasalahan lain kembali dimunculkan. Janji demi janji dari sang manajer baru mulai diingkari. Lagi-lagi narasi film dari scene diarahkan ke humor yang dipaksakan. Permasalahan tersebut seharusnya masih bisa diulas dengan lebih menarik lagi.
Selepas bangkit kembali dari masa terpuruk, Bayu kembali menemukan cinta barunya. Alur seperti drama sinetron kembali ditampilkan. Awal kedekatan Bayu dengan Asih kekasih barunya hanya berawal dari scene pinjam buku. Ragam permasalahan dapat diselesaikan dengan ragam solusi pula yang serba instan. Bagian akhir cerita sudah dengan mudahnya dapat ditebak.
Melalui bahasa, dialog jawa antar pemain memang sangat identik. Penggambaran guyon jawa khas remaja Jawa Timuran memang patut diapresiasi. Kekentalan budaya Jawa yang ditampilkan juga terlihat dari karya-karya lagu ciptaan ‘Yowis Ben’. Walaupun menggunakan lirik bahasa Jawa, dalam film ini sudah tercantum terjemahan dalam bahasa Indonesia. Sehingga, seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati tayangan karya sineas lokal yang karyanya patut diacungi jempol ini.
Poster film lokal : Yowis Ben 2

Pesan moral yang didapatan dari film ini juga tersampaikan secara tepat. Melalui penggambaran alurnya, penonton diajak berfikir mundur berdasarkan rangkaian peristiwa yang telah terjadi. Sehingga pesan moral dapat dicerna dengan mudah oleh khalayaknya. Sebagai youtuber yang terkenal akan guyon Jawanya, Bayu Skak berhasil mengemas guyonan khasnya ke dalam karya filmnya. Namun secara drama penggambaran alur masih terlihat terlalu ringan dan serba instan.



Penulis merupakan mahasiswa kelas kreatif di salah satu universitas ternama di Yogyakarta.
Chika Amazella Subekti

0 comments:

Post a Comment