poster film Yowis Ben 2 |
Film Yowis Ben 2 hadir sebagai kelanjutan Film Yowis Ben
yang pertama yang menghisahkan tentang Remaja SMA yang membentuk sebuah band, Film
drama komedi yang disutradarai oleh Fajar Nugros dan co-director Bayu Skak telah meramaikan pasar komedi-drama di perfilman
Indonesia. Yowis Ben 2 menceritakan kelanjutan kisah Bayu, Doni, Nando, dan
Yayan, dengan berbagai permasalahan yang beragam.
Fokus dari cerita Film ini adalah bagaimana band itu bisa
menghidupi diri masing-masing, dan menjadi ajang pembuktian kepada keluarga,
sahabat, kerabat, dan juga pasangannya. Ada cerita Bayu dengan masalah ekonomi
keluarganya, Nando si anggota band yang paling kalem dan ayahnya yang akan
menikah lagi, Yayan yang menikah dengan proses Ta’aruf hingga Doni yang masih
jomblo karena ditolak oleh wanita yang disukainya. Ini yang menjadikan Film Yowis
Ben 2 ini mempunyai pesan dari beragam permasalahan yang dialami oleh
pemerannya seperti layaknya kehidupan nyata saat ini.
Tidak hanya menceritakan kehidupan dari anak band, Yowis Ben
2 juga membahas berbagai hal dari keberagaman budaya hingga kehidupan sosial,
dengan kekuatannya bercerita tentang kehidupan masyarakat di Suku Jawa dan penggunaan
khas Bahasa Jawa disetiap adegannya membuat Film ini mampu mengangkat pasar
film yang menggunakan bahasa daerah, apalagi bahasa daerahnya tidak hanya satu
melainkan Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda.
Film ini merupakan film komedi yang mempunyai ciri khas
karena menggunakan bahasa daerah sebagai pancingan untuk menjadikan sebuah jokes dan tak jarang orang pun paham walaupun
dengan bahasa daerah karena masih berkaitan dengan dunia nyata, dengan diperankan oleh banyaknya komika tanah air menjadikan film ini
mampu menampilkan banyak scene lucu
yang dipahami oleh penontonnya, namun penonton sulit untuk membuat tawa yang
lama dikarenakan durasi komedinya terkesan cepat hilang karena berpindahnya scene komedi ke scene selanjutnya.
Dalam segi sinematografi, film ini mampu menyajikan gambar
yang enak untuk dipandang karena memang menggaet salah satu sinematografer yaitu Goen Rock, dan film ini sangat memaksimalkan setting latar, ada
yang benar-benar berada di lapas, di panti jompo, dan tempat dengan bentuk asli
lainnya, namun ada salah satu teknik pengambilan gambar dengan Perspektif Orang
Pertama yang hanya ditampilkan beberapa scene saja, yang terkesan nanggung dan
memperlihatkan perbedaan warna gambar yang cukup njomplang.
Dengan adanya pemeran baru di film ini membuat penonton
dituntut harus menghafalkan karakter baru yang tersedia, dan titik pertemuannya
terkesan terpaksa dan dijelaskan dengan alur mundur ber adegan masalalu, efek
kebetulannya sangat dipaksakan seperti pertemuan antara Asih dan Bayu ketika di
pesawat dan bertemu dibandung, dan Asih tiba-tiba melanjutkan kuliah di Malang
padahal tidak dijelaskan basic dari
pemeran Asih ini.
foto : instagram/moektito |
Perpindahan dari anggota Yowis Ben ini dari Jawa Timur ke
Jawa Barat dan mempelajari budaya baru membuat film ini memberikan pesan
indahnya sebuah keberagaman budaya Indonesia, namun secara pengemasan adegannya
tidak dikemas secara matang dan terkesan terburu-buru tanpa membuat penonton
mendalami pesan yang diberikan, pesan moral maupun pesan komedi ada yang mampu
diterima secara cepat adapun yang harus dipikirkan setelah masuk ke adegan
setelahnya.
foto : phinemo |
Meskipun demikian, Keberagaman budaya, perpaduan akting dan komedi
dari pemeran muda dan tua yang mampu menghibur menjadikan film ini menarik
untuk ditonton, semoga ada kelanjutannnya lagi di Sekuel ke tiganya.
0 comments:
Post a Comment