Touring Tek-Tok


Suatu hari, aku sedang menulis pesan kepada mantan pacarku yang tinggal di Bali. Aku mengabarkan bahwa aku sangat rindu dengan dia. Sudah 3 tahun semenjak aku pindah ke Jogja, dan belum pernah kembali lagi ke Bali. Mengabarkan bahwa aku lulus SMA dan diterima di PTN Universitas Negeri Yogyakarta dengan jalur SNMPTN. Ya memang dia sedikit iri denganku. Namun dari awal dia sudah ingin melanjtukan pendidikan di perhotelan. Dan alhamdulillah dia juga diterima d suatu universitas ternama di Bali. Kami berjanji apabila aku ada kesempatan untuk pergi ke Bali, aku akan menemuinya dan bertemu dengan orang tuanya. Bukan dalam rangka kembali mencari cinta, namun karena dari lama kami sudah sangat akrab. Begitu juga kedua orang tua kami.

Kebetulan sekali. Seminggu setelah aku berkabar dengan mantanku ini, Bapakku mengatakan bahwa beliau akan dipindah kerja ke Madiun. Beliau semulanya bekerja di sumbawa barat, setelah 17 tahun ditempatkan di Bali. Jadi kami memiliki rumah dan perabotan di Bali. Beliau menyuruh saya untuk membawa mobil dan perabotan kecil dan baju-baju yang ada di Bali untuk dibawa dan dipindah ke Jogja. Kemudian aku sampaikan kepada mantanku bahwa aku akan pergi ke Bali namun mungkin untuk yang terakhir kali. Kesempatan emas untuk temu kangen bersama mantanku namun juga jadi perpisahan yang amat menyeedihkan.

Setelah menyusun jadwal dan persiapan semua barang yang akan dibawa akhirnya aku berangkat ke Bali menggunakan pesawat. Aku diantar ke Bandara Adisucipto oleh om dan tanteku sekaligus pamit untuk berangkat ke Bali. Aku berangkat dengan jadwal yang paling pagi dan pertama supaya tidak kesiangan berangkat jalan darat dari bali. Mantanku pun aku kabarkan bahwa aku sudah mau berangkat. Perjalanan dengan pesawat memakan waktu sekitar 1 jam. Namun karena ada perbedaan waktu antara WIB dan WITA, jadi kesannya aku sudah melakukan perjalanan selama 2 jam.

Sesampainya di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, aku mengabarkan kepada dia bahwa aku telah mendarat. Ternyata dia telah menunggu di pintu kedatangan. Namun betapa kagetnya saat aku bertemu dengan dia. Dia menjemputku bersama kekasihnya yang saat ini. Aku shock antara kepergok minta ketemuan dan malu bercampur sedikit sakit hati karena merasa bayangan awalku akan melakukan quality time bersama mantanku. Namun ternyata kekasihnya ramah kepadaku dan tidak tau bahwa aku mantan dari pacarnya dia.

Kemudian kami mampir ke tempat makan terdekat dari Bandara. Tepatnya di warung nasi jinggo yang merupakan nasi favoritku dulu sewaktu masih tinggaal di Bali. Perpaduan ayam sisit yang asin, tempe dengan sambal khasnya kemudian ditambah mie keriting dan yang terpenting, sate lilit ikan yang lezat. Ah enaknya makan kenyang sambil bernostalgia ria. Tak lupa aku mentraktir mereka sebagai ucapan terima kasihku telah dijemput dan diajak ke warung makan yang sangat lezat ini.

Kemudian kami berangkat menuju rumah kedua orang tua mantanku. Jaraknya lumayan jauh dari tempat kami makan tadi. Sekitar 30-45km. aku diajak mencoba jalan tol Bali Madara yang baru saja dibangun. Jalan tol ini terletak di pinggir pantai dan diapit oleh sebuah selat. Jadi tidak ada ombak besar yang sampai di tol ini. Bahkan tidak ada ombak sama sekali. Letaknya sangat dekat dengan landasan Bandara Ngurah Rai jadi sesekali ada pesawat yang sedang terbang dan mendarat lewat diatas mobil kami. Sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan. Karena posisi tol ini dekat dengan jalur pesawat, angin yang berhembus sangatlah kencang. Bahkan di dalam mobilpun terasa kencangnya. Mobil kami sedikit oleng ke kanan dan ke kiri karena terpaan angin yang kencang. Setelah dari tol, aku tertidur lelap karena paginya aku bangun lebih awal untuk mengejar pesawat.

Tidak kerasa (karena saya tidur) kami sampai di rumah kedua orang tua mantanku. Orang tuanya telah diberi tau untuk jangan bilang-bilang kalo aku adalah mantannya kepada pacarnya. Aku menyerahkan oleh-oleh wajib yang selalu ku beri kepada orang tuanya. Yaitu berupa bakpia,slondok,salak pondoh dan gethuk. Setelah itu aku dipersilahkan mandi (walaupun sebenarnya sudah mandi saat mau berangkat tadi). Setelah itu kami berbincang-bincang banyak sampai adzan dzuhur berkumandang. Akupun sholat dan bergegas ke rumahku untuk mengambil mobilku dan kembali ke Jogja. Tak lupa aku pamit dan mengatakan bahwa kemungkinan aku tidak kembali ke Bali karena orang tua yang sudah pindah ke jawa. Kami berfoto untuk mengabadikan kenangan.

Berangkatlah aku dari rumah mantanku ke rumah lamaku. Rumah yang menjadi saksi bisu kehidupanku selama di Bali. Disana aku disambut oleh warga perumahan dan teman-teman perumahanku. Tak terasa selama aku tinggal di Jogja dan sekarang mereka terlihat dewasa dan remaja. Aku pun masuk ke rumahku dan mengemas barang-barang yang sudah disiapkan dari kemarin. Kemudian aku nyalakan mesin mobilku dan ku tinggal untuk pemanasan, sambil pamitan kepada semua warga perumahan karena saya resmi pindah dari Bali. Tak lupa saya memasang tanda bahwa rumah lamaku dijual dan nomer kontak yang bisa dihubungi. Selamat tinggal rumahku. 

Akupun bergegas berangkat menuju arah pelabuhan gilimanuk untuk menyebrang ke pulau jawa
Di perjalanan aku merasa sedih dan juga puas untuk hari itu. Sungguh rasanya ingin menginap dan tinggal lebih lama. Namun waktu terlalu mepet untuk aku tinggal di Bali. Namun karena jiwa touringku yang besar, jadi peralanan ini sangatlah menyenangkan. Apalagi mobil yang ku bawa adalah mobil tercintaku, yaitu Kia Visto tahun 2003. Mobil ini dibeli bapakku karena dulu aku pernah bertanya kepada bapakku

“Pa, andai aku diantar jemput sekolah pakai mobil kayak gitu”

Padahal maksudku adalah mobil antar jemput sekolah seperti mobil travel. Sedikit terharu saat menegetahui alasannya tapi lucu juga bisa jadi kesalah pahaman yang menguntungkan. Mobil ini juga menjadi guru bapak, ibu dan aku sendiri untuk mengendarai mobi. Dan kali ini aku membawanya touring bersama. Bisa dibayangkan bagaimana senangnya aku saat itu walaupun aku sendirian membawa mobil itu.

Sesampainya di pelabuhan Gilimanuk, hal yang pertama aku lakukan setelah masuk lewat loket tiket adalah mencari pop mie. Jujur, cara menikmati pop mie yang paling nikmat adalah dengan makan di pelabuhan yang dingin dengan angin laut yang berhembus kencang. Karena angin yang kencang, aku tidak perlu meniup mie nya agar tidak kepanasan di lidah. Kemudian setelah itu aku bergegas sholat maghrib dan isya’ selama di laut, aku tetidur lelap untuk mengembalikan energi dan melepas kantuk supaya perjalanan malamku lancar.

Akhirnya aku sampai di pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Dengan kondisi yang segar, aku bergegas memacu mobilku menuju Jogja. Selama perjalanan tidak ada spesial. Karena malam gelap jadi tidak ada pemandangan yang menarik. Padahal pemandangan selama di banyuwangi menuju situbondo saat siang sangatlah bagus. Hutan tinggi di pinggir jalan dan gunung yang terlihat disisi kiri. Namun yang menarik saat perjalanan malam adalah PLTU Paiton. Gardu pembangkit listrik ini menyalakan lampu berwarna kuning yang sangat banyak bak lilin yang sangat banyak. Tempat ini merupakan titik favorit sejak kecil saat aku pulang kampung ke Jogja bila naik bis.

Setelah sekian jam perjalanan, aku sampai di Jogja pada pukul 07.00 pagi. Jam yang tidak bagus karena berbarengan dengan orang-orang yang berangkat kerjadan sekolah. Hingga akhirnya aku sampai di rumah pukul 08.30. hal pertama yang aku lakukan adalah rebahan tidur karena perjalanan panjang yang sangat melelahkan. Tetapi aku sangat puas dengan touringku kali ini. Pengalaman pertama dalam sejarah hidupku

0 comments:

Post a Comment