Festival Ramah, Patjar Merah




Sapaan dari jutaan buku di festival Patjar Merah Selasa, (5/3)

Ramah ilmu, ramah harga, ramah lingkungan, itulah tiga sebutan yang cocok untuk menggambarkan keramahan festival. Baru-baru ini sebagai Kota Pelajar, Yogyakarta dihebohkan dengan digelarnya festival buku hingga sepuluh Maret 2019 mendatang. Festival yang terletak di Gedong Kuning tersebut dinamakan festival ‘Patjar Merah’. Nama Patjar Merah diangkat dari nama sebuah buku popular karangan Matu Mona yang sempat ramai diperbincangkan di dunia penerbitan.
Dalam kegiatan literasi tersebut, pengunjung mendapat kesempatan untuk bertemu dengan puluhan tokoh penggiat literasi dalam sesi ‘Obrolan Patjar’. Hal tersebut tentunya dapat memanjakan para ‘patjar boekoe’ untuk berinteraksi secara langsung tanpa dipungut biaya sedikitpun. Patjar Boekoe diperbolehkan mengikuti seluruh rangkaian acara obrolan patjar sesuai dengan minat mereka masing-masing.
Topik pembicaraan yang dibahas pun sangat beragam, banyak obrolan seputar literasi yang menarik untuk diperbincangkan. Diantaranya obrolan mengenai literasi digital, industri literasi, literasi grafis, penulisan skrip film, travel writing, dan masih banyak lagi.
Ketika pergi ke toko buku, tentunya para kutu buku pasti akan dibingungkan oleh banyaknya keinginan untuk membeli. Sama halnya dengan saya. Namun jangan khawatir mengenai harga buku di pasar buku ini. Potongan harga yang diberikan sangat menggiurkan, berkisar antara 30 hingga 80 persen. Saat menginjakkan kaki di tempat ini, patjar boekoe akan langsung disambut oleh jutaan koleksi buku. Antara lain kategori buku indie, fiksi, sastra, maupun buku pelajaran tertata rapi sesuai dengan kategorinya.
Maka dari itu patjar boekoe tidak usah takut untuk datang ke festival ini. Sesuai dengan misi dari festival bahwa meratanya akses baca adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Keramahan harga yang diberikan merupakan perwujudan nyata atas misi festival untuk meratakan sebuah keadilan sosial. Ramah harga ramah pula di dompet.

Kantong belanjaan berupa tas ramah lingkungan pengganti kantong plastik

            Terlepas dari keramahan festival terhadap ilmu maupun harga, Patjar Merah juga ramah terhadap lingkungan. Sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar kedua, kebijakan mengenai pengurangan sampah plastik harus segera dilakukan. Beberapa strategi pengurangan penggunaan plastik sudah mulai diupayakan. Salah satunya dengan mengganti kantong plastik belanjaan menjadi tas kain yang dapat digunakan berkali-kali.
            Festival Patjar Merah mencoba menerapkan budaya masyarakat Indonesia agar selalu membawa kantong belanjaan sendiri dari rumah. Kebiasaan kecil tersebut nantinya diharapkan dapat diteruskan hingga kedepannya. Lama kelamaan kebiasaan sederhana dapat menjadi sumbangsih dalam perubahan yang besar. Sedangkan perubahan besar tidak akan pernah terjadi apabila tidak dimulai dari hal kecil. Salam literasi!



Chika Amazella Subekti

0 comments:

Post a Comment